Hari kedua di Singapura, saya keinget sama quote bapak saya waktu saya kesini pertama kali dulu. Ya, explore itu tentang gimana "get lost" dan kamu ngerasain kayak apa sih singapore yang beda. Hari ini rasanya kami mulai ngerasain activity yang lebih citizen, queensway awalnya, bener-bener surprising banget, karena ini beda. Kayak yang udah di spread di tulisan sebelumnya, queensway jualan barang branded, tapi kayak di ITC, itu keren.
Buat aku pribadi, get lost hari ini sangat mengesankan. Jadi gini, kami bertiga kan berangkat dari Jogja via AirAsia, lalu sambung ke KL baru pulang dari KL ke Indonesia. Nah due to financial reason, kami memilih jalan darat buat ke KL, entah buat kebanyakan orang hal ini biasa apa enggak, tapi buat saya ini kali pertama cross border lewat jalan darat. Rencana perjalanan kami, dari Singapore akan numpang kereta api KTM Intercity(Kereta Api Tanah Melayu). Nah, KTM Intercity dari Singapore itu berangkat dari Stasiun Woodlands, tapi sayangnya untuk berangkat dari Woodlands dompet kami menolak, jadi kami mencari akal supaya lebih murah.
Keluar beberapa opsi, naik bus masuk salah satu pilihan, kenapa bus? Karena harganya cuma setengah harga tiket KTM Intercity(SGD30) dan sampai hanya dalam waktu 5 Jam(KTM butuh 6 Jam karena track-nya agak muter) Tapi setelah broswing kesana kemari, kami memilih untuk check KTM dulu, karena kalau naik bus, kami akan sampai di KL sekitar jam 4 pagi, kemungkinannya cuma dua, kami check-in hotel jam 4 pagi, terus di balang Petronas Tower sama resepsionis nya, atau kami di angkut Polis Diraja Malaysia, karena lebih mirip gelandangan -__-.
KTM Intercity ini sebenernya kayak buah majapahit, alias ndak enakk. Tiket nya sih sama harga, sama-sama 30, cuma kalau beli di SG currency nya pake SGD, kalo di Malaya pake MYR, berarti ada selisih 4 ribu rupiah di kali 30, 120 ribu -_- Karena kami anak-anak cerdas(padahal emang kepepet harus ngirit) kami ngakali tiket KTM ini dengan cara yang sangat ciamik. Jadi kita akan naik MRT dari city center, ke somewhere yang deket tip of Singapore main island. Lalu nyambung naik bus buat nyebrang causeway link, lalu cari Stasiun terdekat yang ada KTM Intercity ke Sentral KL, ribet to? tur murah wek :p
Nah ini paparan rute nya:
China Town Stn(NE Line)-Qutram Park Stn(EW Line)-Jurong East(NS Line)-Kranji Stn(turun disini)-Naik SBS Nomer 170(Blue Platform)-Woodlands Checkpoint(ngecap paspor)-Naik SBS 170 lagi across Cause Way Link-Bangunan Sultan Iskandar(imigrasi malaysia)-Naik sbs 170-JB Sentral Stasion
Emang bener kalau kata orang tua, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Alias naik naik public transport dulu, terus dapet tiket KTM murah.
Nah, untuk memastikan rute ini, salah seorang dari kami, sebut saja saya, ditugaskan untuk survey sekaligus booking tiket KTM biar besok kami bisah benar-benar manage waktu kami dengan sangat baik. Kayak yang saya bilang tadi, lewat border via jalur darat jadi kali pertama buat saya.
Singapore tentu berasa kayak rumah buat banyak dari kita, rasain deh seberapa welcome temoat-tempat disini sama kalian para wisatawan. Selain itu aksesnya juga sangat baik tertata, surga kalau emang kalian suka exploring, karena tidak ada kata kesasar kalau kalian cukup bijak. Mindset ini yang saya bawa waktu mau Cross Border, dan selalu, di Singapore saya ndak begitu kesulitan kayaknya buat go here and there, cuma kadang kebablasan aja. Sampai di Kranji semuanya baik-baik aja. Sebelumnya saya juga lihat banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak sekali flat di kiri kanan jalur MRT. Singapore yang sangat jarang saya lihat. Karena kebanyakan kan MRT dipake buat ngulit di inner city, outer city yang jarang. Nah buat mendekat ke tip of main island of SG, butuh lewat outer city, jalan-jalan yang asik buat dipandang. Karena sepi, dan banyaaak banget flat. Udah gitu bisa lihat industrial complex, laut, dan banyak bukit. Bener-bener brand new experience lewat situ.
Selepas Kranji, saya harus nyambung pake bus, Kranji adalah stasiun MRT yang paling deket sama Border, sekitar 4 Km away. Nah Bus ini ada tiap 3 menit, dan dari Kranji ada banyak sekali option buat ke causeway(jalan perbatasan). Mulai dari SBS nomer 170, 950, atau causeway link bus(warna kuning), dan lain-lain. Nah kalo naik SBS, kayak nonton sekaten, rameee banget. Tapi ini ga begitu masalah, karena dari Kranji kita gak terlalu lama di bus.
Nah, bus dari Kranji ini direct langsung ke Woodlands Check Point, Garis terluar dari singapore, tepat sebelum jembatan yang menghubungkan Malaysia-Singapore. tadi saya lewat di kisaran jam 5 atau 6 sore, jadi sejauh mata memandang ada banyaaaaak sekali biker yang crossover dari SG ke Malay, dan mostly dari mereka adalah orang-orang India, dugaan saya sih mereka construction worker yang pulang kerja dari SG, karena di sisi utara Singapore itu selain pemukiman, isinya cuma industrial complex. Misalnya daur ulang mobil(ada banyak mobil ditumpuk-tumpuk terus diremet, kayak GTA) dan juga gudang buat developer bangunan.
Pasca woodlands, semua harus balik lagi ke bus, walau udah mau leaving SG, tetep masih ada bus SBS dan SMRT, jadi kartu Ez-Link masih tetep kepake buat nyebrang(tariff cross border naik SBS-SMRT sekitar 1-2 SGD dari Kranji, kalau Causeway Link Bus, warna kuning, lebih mahal)
Setelah itu bus jalan lagi melintasi causeway, kayak jembatan suramadu tapi lebih sederhana.
Lalu saya sampai di Bangunan Sultan Iskandar(bahasa melayu, secara harafiah berarti check point Sultan Iskandar) Disini semua turun lagi dari bus, dan ngantri lagi di Sultan Iskandar, dimana paspor bakalan di cap dan dapat stay permit dari Imigrasi Diraja Malaysia. Beda sama Singapore yang mewajibkan visitor mengisi kartu kedatangan, Malaysia gak memberlakukan itu, jadi waktu yang dibutuhkan relatif amat sangat cepat.
Sempat sih capturing beberapa foto di Sultan Iskandar, tapi ada banyak yang harus di hapus, karena saya busted oleh Polis Diraja Malaysia, galak tenan polisi-nya. Hahaha, jadi cuma dapat satu gambar doang.
Ketakutan yang sebelumnya gak ada baru muncul di Malaysia, di Check-Point Sultan Iskandar ini. Mungkin efek karena habis di tegur Polisi, tapi berasa apa ya, di Imigration Check pula mbaknya pasang muka lebih masam lihat logo burung garuda di buku paspor saya. Sejujurnya itu cukup menggangu, dan membuat saya mikir aneh-aneh. Tapi sudahlah, the show must go on, saya lanjut jalan ke Bus, then Heading ke Jb Sentral Station.
Masih naik SBS, dan SMRT. Tapi situasinya sangat berbeda. Kalau Singapura masih relatif lebih teratur, di malaysia saya disambut sama rombongan motor bebek yang juga habis cross over dari Singapore, juga Balinho-balinho Iklan, serta penunjuk jalan menggunakan Bahasa Indonesia yang janggal(baca:Melayu) Saya Turun di JB Sentral, awalnya saya yakin ini emang stasiun kereta yang besaaaar sekali. Tapi saya kayaknya salah besar sekali. JB Sentral masih satu bangunan sama Bangunan SUltan Iskandar(immigration Check-point) Selain itu juga JB Sentral punya mini mall, yang ada banyak food stall(dari starbucks sampai KFC, juga souvenirs booth. Mungkin ini mirip kayak ITC Mangga Dua di kawinkan sama bandara Soekarno hatta dan Stasiun gambir.
Beda lagi sama Singapore yang serba tertib, berkunjung ke johor untuk beberapa jam tadi kayak membawa saya ke masa lalu. Kayak kembali ke era fil Doyok-Kadir, atau Dono Kasino Indro(saya waktu kecil doyan sekali enre film mereka) Bener-bener Vintage Gila. Bangunan-bangunan old fashioned, bukan tua, tapi old fashioned. Kayak tahun 80an gitu, terus juga aturan ga berlaku ketat banget, motor bebek jementrek dimana-mana, serta lalu lintas yang sedikit gila. Rasanya ini kayak jakarta, cuma lebih banyak bangsa India saja disana.
Selain itu, JB(Johor Barhu) juga gak punya aturan se ketat Singapore, dari foto bisa keliatan, beberapa orang sembarangan aja nyebrang gitu. Pokoknya seru, tapi sedikit menantang. Di JB Harga barang-barang juga sangat ekstrim murahna. Dua kaleng 100plus, dan satu tabung manisan plum di hargai 3 Ringgit, di Singapura satu kaleng 100 plus kurang lebih 1,1 SGD. Well, Bertandang ke Johor bener-bener suatu pengalaman yang baru, saya jadi tambah gak sabar buat lihat apa yanfg bakalan saya temui nanti di Johor, KL, dan sekitarnya.
Tourism Singapore punya jargon "Your Singapore" rasanya itu sangat tepat. Gimana ketertiban disini, sistem, akomodasi, dan place of interest sangat memanjakan semua wisatawan, sampai traveller bisa bilang My Singapore. Sementara Malaysia, berangkat dengan jargon "Truly Asia". Itu juga bener, dengan potensi yang ok, tapi manusianya gak punya aturan(nyebrang sesuka hati), udah gitu beberapa orang friendly, tapi ndongkol dan sentimen tahu paspor saya burung garuda, that was asia. Dimana masyarakatnya mash belajar buat "dewasa" atau kasarnya belajar beradab. So, apa yang akan terjadi ya di Sentarl KL besok.... another side of "Truly Asia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar