Jumat, 11 Mei 2012

Still our Singapore

Hari terakhir di Singapura, well, sebenernya ini sedikit mengharu biru. Bukan karena sedih meninggalkan Negara Cantek ini(pake logat melayu), tapi karena mostly dari kami sudah mulai running out of cash. Saya masih harap-harap cemas menunggu bantuan finansial dari Bumi Pertiwi, Pepek sudah spend so much money buat beli sepatu, Yogi, yang masih punya enough cash juga cekot-cekot mikir oleh-oleh buat mama nya yang belum kebeli.

Seperti postingan terdahulu, kami kami ini akan meninggalkan Singapura menuju ke Malay via jalur darat. That was a brand new experience. Tapi also membuat kami repot. Kami harus kalkulasi waktu yang tepat, dan cermat. Harus bijak menggunakan sarana transportasi(biar ga nyasar), dan harus hemat juga. Well, well, well, mungkin semua gampang, tapi kereta kami ke malaya baru lepas dari JB Sentral sekitar pukul 11 malam. -_-. Dengan waktu keberangkatan yang sebegitu malamnya, kami harus meninggalkan Singapore semalam mungkin.

This is the problem, waiting in SIngapore is not cheap at all. Sementara kami cash-nya sangat limited ted ted. Limited bukan buat belanja lho ya, tapi buat makan sama top up MRT aja udah bikin was-was cukup apa endak nantinya. So kami seharian menghabiskan waktu dengan walking tour, alias mlampah-mlampah by foot, se sedikit mungkin naik public transport. Kegiatan pertama adalah makan pagi menjelang sore(kami makan dua kali sehari buat cost savings). Makanannya Bakut Teh. Also not cheap for someone who travelled with very low budget. Setelah makan kondisi kantong kami makin menjadi. Terutama saya, waktu makan sih sumringah, waktu mbayar pengen nangis.....

Next, setelah makan(dan mbayar) kami melanjutkan ke sekitaran raffles Place. Disini ada banyak landmark Kota Singapore, bukan kota, tapi apa ya, statue yang sangat singapore. Raffles Place ini seperti kejepit, di kanan ada Marina Bay Sands, di kiri ada Singapore Sky Crapers(OCBC Tower dkk). Karena kami semua berasal dari desa, ya pemandangan kayak gini sudah cukup bikin deg-degan. pepek yang terlalu banyak nonton "Mancing Mania: di trans 7 langsung terinspirasi untuk mancing cetul along singapore river. Tentu saja itu tak mungkit. Karena pemancingan disana harganya 500, dollar bukan rupiah, alias kalo mancing denda SGD 5000, jumlah yang gak masuk akal buat kantong kami :3

So di SG River, kami cuma bisa makan es potong(yang murah) sama lihat burung gagak. Galau maksimal ya? tapi memang gak ada pilihan yang lebih baik :3 Tapi ya, terlepas dari kere apa endak, seputaran SG River emang amazing. Ada banyak sekali statute yang menjelaskan tentang negara ini, dari awalnya, sampai jadi seperti sekarang ini. Buat saya yang seneng nonton History Chanel, memang asik lihat kayak gitu. Yogi coba menikmati sore dengan latihan motret, sementara pepek menghitung jendela gedung di sekitaran SG River.



Waktu hari makin sore kita memutuskan buat pindah tongkrongan ke River Side, tapi entah kenapa bus kesana susah sekali, itu keberuntungan terselubung. karena bus lama, kita bisa menghabiskan lebih banyak waktu di halte. Sampai riverside point juga sama kayak di Reffles, just duduk, makan es, bedanya di riverside lebih banyak orang cium ciuman, sama bule naik skuter, jadi berasa nonton Titanic balapan. Titanic nya bagian ciuman, tapi skuternya kayak balapan. Ra nyambung? yo ben.*nada pepek* 

Well, Singapore River membantu kami menemani sore ini, menghabiskan waktu menunggu kereta api. even ndak punya cukup duit. Kami masih hidup, dan selamat di SIngapura. Greaaaat!


1 komentar:

  1. saya barusan menemukan blog anda dan menemukan cerita2 tentang singapore ini..kebetulan sekali besok saya mau kesana tapi tdk tau mau kemana..kemarin memang saya sempat kesana..tapi hanya di orchrd rd dan bugis...cukup bermanfaat..terimakasih :)

    BalasHapus