Kalau kalian pikir ini posts tentang jeduk-jeduk, atau clubbing maka sebaiknya anda siap-siap buat kecewa. Di Singapura, ada fenomena yang sangat unik, dan menarik yang tadi malam saya amati. Sudah baca cerita saya melintas Cause Way? Perjalanan itu makan waktu pulang pergi sekitar 4 jam. Jalur yang di lewati bukan jalur MRT bawah tanah, tapi di atas, dan motong daerah-daerah untuk tempat tinggal.
Waktu berangkat nggak ada something special kecuali kontur tanah disini yang bergelombang, bangunan berdampingan sama bukit-bukit ijo, dan jalur MRT keluar masuk bukit-bukit ini. MRT cukup sepi juga, lebih banyak diisi anak sekolah yang on their way home, atau tentara wajib militer yang selesai menunaikan tugas(entah kenapa tentara disini banyak sekali, dan semua yang saya temui mau pulang, selalu mau pulang.) Even nggak ada sesuatu yang super wow, tapi pengalama baru lihat sisi utara singapura sangat wow. Karena infrastruktur mereka ternyata sampai pinggiran juga tetep kelas satu. Jangan bandingin sama daerah Istana Merdeka yang jalannya alus lus, dan daan mogot yang lubangnya udah sebanyak lapangan golf.
Hal menarik baru kelihatan pulang dari Johor, dimana matahari udah mulai terbenam(jam 7 malam disini matahari terbenam lebih lambat, hal yang membuat sedikit gila). Sepanjang jalan pulang, masih abnyak terlihat flat, dan bukit-bukit, kayak perjalanan berangkat. Tapi yang lucu, di setiap tempat buat olahraga lampu-lampu di hidupkan. Stadion sepakbolanya Woodland Wellington lampunya hidup, even ndak ada pertandingan, tapi di dalamnya ada banyak orang duduk-duduk, dan agak banyak orang jogging around lintasan atletik nya stadion. Saya pikir cuma di stadion Woodland Wellington aja, tapi ternyata, sepanjang jalan itu semua tempat olahraga publik bener-bener dibuka. Lapangan Basket, Skateboard Arena, semua diterangi lampu-lampu, dan publik bisa bebas mengakses itu semuanya.
Saya mem-pause perjalanan pulang saya di Novena, untuk nyobain makan Bakut Teh(bener gak ya nulise?) dan di sidewalk novena, dimana ada banyak flat yang itungannya lebih mewah dari northern SIngapore, bola bali saya diselip sama orang-orang Jogging. Selepas jam 10, tak ada lagi orang-orang berkeringat yang saya temui.
Singapore adalah negara yang tergolong maju, kelihatan dari seberapa lonely orang-orang disni, naik MRT bertemu dengan Michael Buble, atau Muse via iPod, dan main NBA 2K dari iPhone, amat jarang ngobrol-ngobrol. Indikasi paling tepat untuk menggambarkan Negara maju. Tapi dalam majunya Singapore, mereka ernyata punya budaya olahraga yang sangat unik. Ya dengan lari malem-malem itu, atau badminto, atau tennis apa ajalah merekapokoknya olahraga.
Perlu dicatet juga, yang olahraga adalah singaporean, bukan anak muda singapore, atau suku tertentu. Semuanya, dari rambut pirang sampai rambut hitam. India sampai China, Anak ABG, sampai Emank-emak, semuanya enjoying their nightlife pake olahraga. Kota boleh metropolis, dan gaya hidup juga. Tapi menjaga kesehatan ternyata masuk dalam priority mereka, dan di dukung sama Public Facility.
Well, selanjutnya mungkin kalau kesiniharus nyangu sepatu running, mencoba lari di seputaran Newton-Novena kayaknya pengalaman yan bijak untuk tidak di lewatkan.
Oh iya, balik dari makan, di SBS ada 3 orang mbak-mbak, Vietnamese, atau Thai people, I'm not sure. Karena mereka bicara bahasa yang sama sekali belum pernah tak denger. 3-3nya pakai blazer, dan rok nya pendek-pendek, mau clubbing kayaknya, karena mereka heading ke city center. Salah satu dari mbak-mbak ini sentrap sentrup pilek(padahal baru jam 10, belum jam nya clubbing kan ya kayaknya? kalo slah maap ;3) Melihat mbak-mbak yang pilek ini saya jadi geli sendiri, di luar bus ada orang yang habis olahraga buat maintain health condotion, tapi si mbak ini udah sakit malah nekat clubbing. Mau Clubbing kok pilek? hehehehehe.
2 dari 3 clubber malam ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar