Senin, 17 Desember 2012

Photos; white shoes & the couples company























kumpulan gambar dari penampilan White Shoes & the Couples Company di Jogjakarta 15 Desember 2012, oleh saya sendiri

Concert; white shoes & the couples company

"Malam itu mereka bermain sekitar 45 menit, white shoes sering membuka penampilan mereka dengan intro. Jika Mocca biasa memainkan I Love You Anyway sebagai opening, atau On The Night Like This, White Shoes meramu intronya sendiri"


Sabtu malam, kota saya, Yogyakarta seperti biasanya cukup crowded di beberapa bagian kota. Belakangan memang macet lebih sering terjadi, dan punya rumah di bilangan Malioboro memang mau tak mau harus mengakrabi macet yang menghiasi sabtu malam seperti ini, dimana banyak pelancong tumpah ruah di kota kami, mulai dari pagi hingga menjelang pagi lagi.

Sabtu pertengahan bulan desember ini sedikit berbeda dengan sabtu-sabtu yang sudah-sudah. Malam ini saya merencanakan untuk menghadiri konser White Shoes & the Couples Company(wsatcc) band asal Jakarta yang membawakan musik era lama. Alih-alih era lama, menurut saya mereka adalah band dari Jakarta yang punya warna musik unik, sekaligus menarik.

Ricky Surya-Saleh Hussein
Songlists
Bagi saya, perkenalan dengan wsatcc sudah dimulai dari medio 2006an, ketika saya menyaksikan film "Janji Joni" pertama kalinya. Disini, wsatcc menjadi salah satu pengisi soundtrack, lewat lagu saktinya "Senandung Maaf". 6 tahun sudah berlalu sejak saya mulai "teracuni" oleh musik-musik mereka, namun belum sekalipun saya sempat menonton mereka bermain live di depan mata saya. Selama ini saya hanya menikmati showcase mereka via youtube, atau hanya mendengarkan nomor-nomor andalan mereka lewat CD. Perjumpaan pertama dengan wsatcc inilah yang membuat sabtu malam saya berbeda dengan biasanya.

Mujur, atau aneh bagi saya, karena pada sabtu siangnya, saya sudah bertemu dengan beberapa personil dan kru wsatcc ketika santap siang di Resto Ayam bilangan Jalan Laksda Adisucipto, pertemuan yang tidak sengaja. Meskipun tanpa interaksi apapun, namun pertemuan itu sedikit banyak mempengaruhi mood saya untuk segera menyaksikan mereka tampil di panggung.

Menurut Ibu saya, wsatcc punya musik(terutama suara vokal) seperti lagu-lagu tahun seket(50, bahasa jawa). Saya sepakat, memang suara unik Aprilia Apsari membawa kesan tersendiri buat yang mendengarnya. Sebagian lagi menyangsikan wsatcc, karena musiknya memang terlalu jauh di awang-awang. Setuju atau tidak, memang ada banyak pendapat yang terlontar mengani grup musik ini dari orang-orang di sekitar saya, mulai dari komentar positf, hingga yang menyangsikan. Namun tetap, wsatcc punya tempat sendiri bagi saya. Setiap Tone nya yang "soulful" membawa sensasi mendengarkan musik yang utuh.

Aprilia Apsari
Jika Ibu saya lebih fokus pada olah vokal grup ini, saya rasa masih ada banyak faktor sampingan yang bisa dijadikan alasan kenapa saya benar-benar "keracunan" karya-karya mereka. Salah satu yang dominan adalah paduan suara Gitar String, Bass Line yang soulful, ditemani petikan melodi, menurut saya tiga alat petik yang mereka mainkan punya ahrmoni yang sangat padu. Karena itu juga saya selalu bermimpi bisa main gitar seperti mereka, karena mendengarkan permainan mereka saja sudah membuat hati sebegitu bahagianya, jadi kalau bisa memainkan nampaknya tidak akan mengecewakan.

Mocca, salah satu band yang sering saya dengar, dan datangi pertnjukannya, buat saya, mocca memainkan musik yang manis, dan punya format penampilan live yang relatif "segar". Sedikit banyak apa yang biasa ditampilkan mocca di panggung menjadi bayangan saya terhadap apa yang akan ditampilkan wsatcc live diatas panggung. Namun ternyata band asal IKJ ini punya format yang berbeda, meski berbeda tidak mengecewakan sama sekali.

Malam itu mereka bermain sekitar 45 menit, white shoes sering membuka penampilan mereka dengan intro. Jika Mocca biasa memainkan I Love You Anyway sebagai opening, atau On The Night Like This, White Shoes meramu intronya sendiri. Semacam pemanasan mini tanpa Sari di Panggung. Tidak skillful mungkin, namun jelas tone-full(pardon my franchise). Lagu intro ini juga bukan lagu yang terus-terusan dibawakan secara tetap. Dari pengamatan saya mereka punya Intro yang berbeda-beda, namun intinya tetap, semacam musik pemanasan, introduksi menuju penampilan dan gaya bermusik mereka di awal konser.

Masih merujuk ke Mocca yang mengemas penampilan live mereka dengan warna musik yang tidak identik dengan rekaman, white shoes melakukan hal sebaliknya. Lau-lagu mereka disampaikan dengan detil mendalam yang sangat identik dengan rekaman di album. Namun tetap, sensasi melihat rekaman di depan mata tidak bisa di kesampingkan. Sebuah kenikmatan tersendiri. Ketika ada bebunyian tertentu yang menarik, kita bisa menelisik dari instrumen apa datangnya.
Yusmario Farabi

Lagu demi lagu terlewati, nomor-nomor andalan wsatcc dimainkan dengan manis, dan penonton pu bisa menikmati, sejenak saya ragu apakah mereka bisa disangsikan oleh orang lain, seperti yang saya temui ketika memperdengarkan lagu mereka pada banyak orang. Sebuah pengalaman musik yang menyenangkan, ceria, dan berharga, meski malam itu harus berbecek-becek ria untuk bisa mendapatkan spot yang baik utuk menonton, namun semua terbayar lunas ketika saya bisa menyaksikan wsatcc secara langsung di depan mata saya sendiri.

Meski sendirian, namun ada rasa puas yang saya dapat dari pertunjukan itu, sama seperti saya menyaksikan mocca tampil, kepuasan yang mirip. Bersamaan dengan saya yang melewati lumpur, ada banyak orang dibelakang yang meninggalkan venue selepas wsatcc tampil, lalu saya yakin, meski ada yang menyangsikan musik mereka, namun ada banyak yang menikmati musiknya seperti saya. Lihat saja ke belakang, samping, dan depan. Kami semua bergegas pulang setelah musik manis yang disajikan band retro pop asal Jakarta...

Sabtu, 08 Desember 2012

Profile Picture

Beberapa Gadget sosial saya sedang rajin memajang sebuah tema foto yang agak sama, foto yang diambil di Queensway, dalam kondisi letih, nyaris masuk angin, belum mandi, dan ngantuk.


Salah satu hari yang berat, tapi menyenangkan.
Foto-foto ini ada rangkaiannya, kalo diamati baju saya samaaa terus selama beberapa take foto, walau udah beda temoat, tetap bajunya sama, dan tetap belum mandi. Sebenernya itu sangat menyiksa, sungguh, tapi ketika melakukan perjalanan yang ekstrim kayak begitu, emang susah dikit sih, mau mandi, mau ini mau itu, dan percayalah, rasanya gak enak.

Kalau ingat waktu-waktu itu, rasanya aneh sih, kenapa pas itu saya sangat mendambakan mandi, sementara sekarang, saya yang sehari-hari sudah punya kenyamanan dasar hidup di rumah, ada air, ada air panas, ada tempat tidur, lebih suka mandi telat, dan tidur telat. Aneh kan, kebiasaan turis dibawa sampai dirumah

Pergi di negeri antah berantah tanpa siapa-siapa pertama kali mungkin sedikit aneh, dan wajar kenapa mengurus diri aja saya lalai, tapi nggak seharusnya kalo dalam rutinitas lalai juga kayak gitu, well.

Pergi jauh dari rumah mengajari saya tentang kenikmatan basic tinggal dirumah. Air, Kloset, Mie Instan, kompor, Kulkas, TV, Internet, Komunikasi semuanya yang akan kamu dambakan waktu kamu jauh dari rumah.
KL, 2012


kemana

Oktober lalu, pertama kalinya saya ke Singapura, norak sih sebenernya, karena baru pertama ke Singapore, ada kesamaan yang berbeda yang saya rasakan waktu jalan menyusuri jalan-jalan disana.

Sebelumnya, mungkin sudah pernah baca cerita saya di SIngapore bersama teman-teman saya, yang dulu sering saya post disini, sedikit berbeda dengan waktu itu, karena saya menjelajah singapore dengan keluarga, bukan dengan teman-teman, yang notabene bisa lebih slebor dan sakarepe dewe.

Momen langka waktu berjalan bersama keluarga adalah bisa jalan sendiri, getlost, dan menikmati duniamu sendiri. Ini bisa saya dapatkan, di angkot kota bandung sendiriran, atau bus feeder transjakarta ketika di Jakarta, di Kereta api Jogja Solo, tapi waktu itu saya di Singapore. Perfect.

Saya punya cita-cita bisa jalan-jalan kebanyak negara, lihat kultur, lihat dunianya, meski belum terlalu banyak, dan kemanapun saya jalan sampai saat ini, waktu kita sendiri bisa jalan, ditempat yang unknown, lihat banyak hal baru, ada semacam ketenangan batin sedniri. Waktu-waktu dimana kita bisa bicara sama pikiran kita, kadang sampai terlalu jauh.

Ibu saya bilang kalau style jalan-jalan saya introvert parah. Kayak orang Idiot. Dimana ada orang yang bengong, meski sebenarnya saya merenung sih ya, ga bengong aja, sambil dengerin headset dan nomor-nomor jazz, terus memandangi situasi sekitar. Idiot abis.

Posisi ilang sebenernya menyenangkan, dimana kita bisa jalan mengamati sekitar, tapi sekitar kita cuek sama kita. Kamu bisa belajar gimana orang India scanning orang, gimana anak kecil suka main iPhone, dan orangtua lebih milih tab samsung daripada apple. Sebenernya abnyak yang bisa diamati, jauh lebih berisi dari hal-hal sepele gitu, dan yang paling penting, mengamati kayak gitu selalu menyenangkan.

Waktu saya bisa ilang ditengah lautan manusia yang sangat dinamis, itu rasanya bener-bener sendirian, tapi yah, mungjkin itulah dunia. Mau dimana aja punya sisi indahnya sendiri-sendiri. Setelah Singapura, akan kemana saya selanjutnya? entah...

Selasa, 06 November 2012

kereta api

decitan roda-roda, suara besi yang bertumbukan, bel, dan mesin diesel yang kepayahan, ah semuanya memang sendu

Sedikit orang yang tahu kalau saya termasuk orang yang gila tentang kereta api. Saya menghabiskan masa tumbuh kembang saya di sore api dekat dengan benda ini, sejak saya pindah rumah di bilangan Maliobor, yang notabene dekat dengan pusat kota, saya punya ketertarikan tersendiri sama benda ini, sehingga hampir tiap sore saya tidak pernah absen untuk melihat kereta api di Stasiun Tugu. Karena dalam pikiran anak ekcil saya, kereta api memang terlalu keren, sangat keren

Setiap dua minggu, kala kakak perempuan saya akan kembali ke Jakarta, saya selalu mengantar dia ke stasiun, dan menyempatkan masuk ke lokomotif, sekedar melihat lampu-lampu display bersama jarum-jarum panel yang menyala di suatu petang, rasanya sangat wow..... 

Beranjak dewasa, maka intensitas saya bertemu dengan benda ini otomatis berkurang. Saya lebih sering bertemu dia di tengah perlintasan, dimana sang kereta melaju angkuh, memberhentikan semua kendaraan, lalu hanya melintas sekejap, membawa angin besar yang kadang memedihkan mata, serta deru kencang dari mesin diesel buatan general electric. Kereta yang berbeda dengan yang biasanya saya jumpai. Dia yang lembut datang ke stasiun untuk mempertemukan orang dengan orang lain.

Kereta api,
Saya pikir adiksi saya padanya adalah suatu hal yang gila. Tapi ternyata banyak yang punya perasaan sama dengan saya, buktinya di gramedia mudah ditemukan majalah tentang kereta api. Menurt saya aneh, benda angkuh ini dibuatkan majalah khusus, kereta api bukan sepakbola, tapi yaa, memang dia benda yang terlalu memikat, saya setuju. 

Perjalan berkereta saya sebenarnya tidak tergolong dalam grup yang rutin menggunakannya sebagai moda transportasi, saya bukan pengelaju, dan saya juga lebih banyak berpergian dengan pesawat terbang alih-alih kereta api. Namun jelas, baik pesawat ataupun kereta api, saya memiliki rasa cinta yang berbeda, tapi sama-sama besar buat dua benda ini. Kereta api spesial, meski makan waktu panjang dalam perjalanan, tapi momen kala kereta-kereta berhenti di stasiun yang kecil, sepi, dan kuno, menurut saya adalah titik paling nyeni dari berkereta.

Sayang saya tidak merokok, tapi saya bisa membayangkan, kayaknya sangat epic, ketika sebuah kereta berhenti di tasikmalaya dini hari, lalu anda bisa membuka pintu sambil menghirup udara dingin, serta menyulut sebatang rokok. Atau merasakan panorama bumi pasundan yang menakjubkan, termasuk jembatan-jembatan belanda, makan sepiring bistik sapi, yaaaa banyak aktivitas yang bisa dilakukan selama berkereta.

Satu saat saya pernah sangat rindu sama yang namanya kereta. Sehingga saya mengambil perjalanan kereta ke kota lain dalam satu hari, bolak balik, hanya untuk menikmati sensasi naik kereta itu sendiri, atau lebih tepatnya mengulang kembali sensasi naik kereta itu sendiri, sebuah sensasi yang sebelumnya saya lupakan karena memang amsa vakum saya yang lama dari menumpang kereta.

Belum lama saya berjumpa kembali dengan seorang kawan yang pulang dari eropa. Menarik karena dia banyak bercerita tentang kereta, padahal dia bukanlah fans dari kereta sebelumnya. Tapi memang unuik, ketika berkereta semua orang bisa langsung jatuh cinta padanya. Bagaimana dia melukiskan pemandangan dari kereta yang melintasi Perancis dan Belgia dengan sangat padat, saya rasa itu jelas menyenangkan...


Kereta api, barang kali kalian masih bingung kenapa saya tergila-gila dengan benda yang satu ini, tapi raungannya, decitan roda, suara bel, sejarah, dan memori yang ada di dalamnya, membuat naik kereta tidak pernah membosankan bagi saya.

Selasa malam di LIR Shop

"jatuh cinta pada pandangan pertama"

kemarin saya menulis soal indiepop, gardika gigih dan musik kereta yang lovely itu. hari ini saya secara kebetulan mengulas sesuatu yang masih satu "keluarga" dengan indiepop. balik ke indiepop dulu, sebenarnya menurut pandangan saya, indiepop ini sendiri sebuah simbol dari progresifitas anak muda, indiepop juga ga melulu mengenai musik, bisa elevasi ke tempat-tempat yang lebih dalam. Yang termasuk kejam dari indiepop adalah budaya, kejam dalam artian berkembang dan melekat di keseharian pemuda-pemudi.

Saya sebenernya buta soal pergaulan anak muda jaman dulu, apa iya mereka suka nongkrong di tempat-tempat makan gitu, kayak yang hari ini banyak kita jumpai. Betapa crowded nya tempat-tempat makan seperti Dunkin Donuts di Jalan Kaliurang, Kalimilk, atau tempat makan yangmenurut saya indiepop banget. Ciri-ciri dari tempat makan yang rame begini biasanya punya spesifiksitas terntentu sama sajiannya, dan juga punya ciri khas yang membedakan dia sama tempat sejenis. Selain kedai susu yang menjamur di kota saya, ada juga model rumah baca. dimana kalian bisa datang, pesan makanan, dan baca buku sesuka hati.


pameran seni seorang teman

yang berkuliah di institut seni di Yogyakarta membawa saya pada tempat baru ini, namanya LIR Shop. Sekilas saya tidak mengetahui betul tempat model apakah ini, karena jujur, di antara teman-teman saya, dan saya sendiri, nama ini sangat asing, bahkan mendengar namanya baru satu kali, bagaimana bisa mengetahui lebih dalam tentang bentuk atau sajian. karena seorang teman saya ini menghelat pameran seni visual disana, maka terpaksalah saya mencari-cari dimanakah letak LIR Shop ini.

Ternyata, setelah broswing via google maps, LIR Shop ada di bilangan Baciro, sangat dekat dengan Stadion Mandala Krida. Tepatnya LIR Shop ini ada di Jalan Anggrek, Baciro Yogyakarta, sekitar 5 menit dari pusat kota. Untuk mencari tempat ini, karena saya agak tolol butuh waktu hampir setengah jam. Percayalah saat anda menemukan tempat ini, yang anda dapati cuma kesan sepi dan tenang, karena tempat makan ini memang berada jauh dari hingar bingar keramaian anak muda seperti jalan cendrawasih, atau jalan mataram. Terletak di tengah perumahan lama, LIR Shop punya ambience nya sendiri. Ambience yang tenang, damai, tapi menarik.

Di LIR Shop ada jajaran buku-buku yang bisa dibaca dengan cuma-cuma, ada juga slot-slot ruangan semi outdoor yang dipadu dengan lighting yang cantik, belum lagi masih ada makanan dengan menu yang kayak story book, lucu banget sebenernya, dan yang paling penting dari itu semua harganya bersahabat banget.

Ya, tempat makan sederhana itu menurut saya buah dari kebudayaan indiepop yang populer di kalangan anak muda hari ini, satu tempat yang cantik dan menarik, saya malam ini saya nggak jadi kebagian jatah makan di LIR, karena saya datang terlalu malam. LIR Shop buka pukul 8 Pagi sampai 8 malam, berbeda dengan kebanyakan tempat yang tutup pukul 9, LIR agaknya anti mainstream.

Kalau kalian berencana kesana dalam waktu dekat, jangan lupa saksikan expo teman saya wulang disana ya, yang akan ada di LIR SHop mulai dari 4 november kemarin, sampai 18 november nanti.

well, saya menunggu kunjungan saya selanjutnya kesana.


annual post; November

halo semua,

diantara belasan orang yang datang berkunjung ke blog sederhana ini, mungkin ada yang niteni perubahan layout yang saya lakukan.

Ya semuanya memang saya beri sentuhan baru, supaya lebih klimis dan kelihatan nyeni, karena sebelumnya kalian tahu sendiri kalau tampilan blog saya super simple.


Masuk bulan yang baru, saya memulai sesuatu yang baru, ada perubahan di layout, ada juga perubahan di nama blog saya. Karena seorang teman menganggap nama blog saya sebelumnya terlalu mendes, dan jadilah blog baru ini dengan nama twiraadi.

Bulan november ini saya juga berusaha untuk lebih rajin mewartakan beberaoa foto, sebagai oase di padang gurung, penyegar diantara minimnya tulisan.

enjoy folks!

regrads, theo.

Senin, 05 November 2012

gardikagigih

"pemain pianika, dan komponis musik dari yogyakarta"

Scene musik indiepop mungkin bukan makanan baru buat saya, makanan, bukan mainan. Karena saya cuma mengkonsumsinya, tanpa pernah terlibat sedikitpun dalam proses di dalamnya. Indiepop ini juga sejujurnya jadi passion saya dalam mendengarkan musik, karena lewat indiepop, saya bisa menyimak band-band yang nggak headline, tapi karya musiknya sangat manis. Dalam perpspektif yang berbeda, beberapa orang bilang selera musik saya aneh, meski tidak sedikit yang setelah "mencicipi" selera musik saya, malah jadi ikut-ikutan suka.

Semuanya berawal dari
sebuah perintah sederhana ayah saya, yang meminta saya untuk memberi perhatian lebih dalam setiap hal yang saya kerjakan. Semacam doktrin dari masa balita, sampai sebesar ini masih terus tertanam. Kadang hal ini membawa saya berkenalan dengan barang-barang langka(baca: musik indiepop). Saya berkenalan Ballads of the Cliche, album band Indie pertama yang saya beli, hanya berdasar review manis sebuah majalah, berangkat dari deskripsi, saya lanjutkan dengan broswing sana-sini tentang karya mereka, sampai akhirnya memang lagu-lagu mereka mengambil hati saya. Cerita motif macam ini berulang berkali-kali, lagi dan lagi. White Shoes and the Couples Company, Adhitia Sofyan, Leonardo Ringo, The Trees and The Wild, Mocca, The Morning After, Angsa dan Serigala, banyak musisi yang dicomot dari pertemuan kebetulan. Sejauh ini, saya belum pernah dikecewakan sama scene indiepop, meski kadang mencari CD nya ga semudah mencari CD dari artis besar yang di dukung label, tapi setiap mendengarkan musiknya saya selalu bisa jatuh cinta, dan rela mencari CD nya sampai kemana-mana.

Temuan yang paling ajaib dewasa ini
mungkin adalah internet. Bisa kalian bayangin sendiri, seberapa massive perubahan yang dibawa sama si Internet ini. Dulu sebelum era Internet apa fungsi komputer. Sharing data digantungin sama disket, bahkan untuk stalking aja susah. 2012, semuanya udah bener-bener kebalik. Australia, Amerika, semua jadi sejauh satu kali klik dari Skype, atau soundcloud dimana musisi masih hobi meng-upload karya-karyanya buat dibagikan secara gratis dan legal. Youtube yang meledakan SInta-Jojo, Internet men, merubah segalanya. Lebih Masif lagi perubahan yang dibawa Internet di dunia musik.

Berselancar di Internet membawa saya ke satu situs musik kereta. Indiepop itu aneh, scene yang jarang kedengeran tapi menawarkan sesuatu yang segar dan menarik. Seenggaknya itu juga yang dibawa oleh musik kereta ke telinga saya.

Musik kereta tentu bukan musik dari bel lokomotif, atau suara decit roda besi yang bergesekan dengan rel, musik ini menurut saya adalah sebuah imaji dari perasaan menunggang kereta api. Musik yang digubah bener-bener penuh perasaan. Masih seperti selera musik saya sebelumnya, musik kereta api cenderung halus dan mengalun, tapi sungguh berbeda, biarpun miskin lirik tapi kaya makna. Inilah yang ditawarkan dari musik kereta api, sesuatu yang membuat saya jatuh cinta.

Mungkin mereka nggak pakai denim, tapi musik alim yang dimainkan memikat
jelas yang kalian hadapi bukan sebuah grup indiepop yang sederhana, ini adalah sekumpulan pemain instrumen, yang lazim disebut orkes, yang memainkan musik gardika gigih. Sungguh, ini musik yang kaya, dan menyenangkan untuk dinikmati.

24-25 November ini, Gardika Gigih akan mementaskan karyanya di Taman Budaya Yogyakarta, sebuah kesempatan langka buat menyaksikan konser, dengan musik yang manis, dan harga tiket yang ekonomis, 30 ribu rupiah.

musik musik ini membawa saya dalam nostagia memori kereta api pertama saya, dimana saya langsung jatuh cinta, dan masih suka sampai sekarang...


coba log on ke:

http://gardikagigih.com/

buat info lebih lanjut mengenai pertunjukannya. 

jesjestuuut....

Senin, 08 Oktober 2012

super sunday

"uniformnya beda tapi bareng kemana-mana"

Minggu 7 October, hari kedua saya menunaikan tugas di Pameran Pendidikan di Kolese De Britto. Sejujurnya ini pengalaman pertama saya buat mewakili fakultas dalam promosi akademik, dan ternyata pengalaman pertama saya nggak jelek-jelek amat. Malahan cukup menyenangkan.

Hari kedua sedikit berbeda dengan hari pertama, kalau hari pertama saya cuma menghadiri pameran setengah hari, di hari kedua lebih banyak waktu yang saya habiskan di Kolese ini. Yang lucu adalah hari kedua ini saya bertemu salah satu relasi saya, yang juga kenalannya pas edufair tahun lalu, mas atas. Beliau slah seorang staf promosi Unika Atma Jaya Jakarta, mantan calon tempat studi tingkat tinggi saya, yang akhirnya batal karena satu dan lain hal.

Sebenernya lebih banyak tendensi takut-nya daripada senengnya di awal pertemuan, karena saya belum sempat menjalin komunikasi pasca batal berkuliah di Jakarta. Tapi entah kenapa serasa wajib buat ketemu dan bicara sama beliau selagi bisa, toh komunikasi yang baik gak pernah ada salahnya. Maka janjian lah kita, di minggu pagi, hari kedua pameran untuk bertemu sebelum berangkat. Meeting pot-nya adalah hotel di bilangan AM Sangaji, tempat teman-teman atma menghabiskan malam. 

Tapi rencana bertemu di hotel kandas seketika, waktu saya baru bangun pukul 7 lebih, padahal janjian tepat pukul 7, setelah mandi, langsunglah saya dapat instruksi untuk menghampiri mereka di sentra bakpia di Pathuk, tempat yang jarang saya kunjungi, dan kebetulan saya harus mengunjungi tempat itu naik becak, sungguh berasa turis.


"kesana kesini kesitu yuk!"

Karena mengawali perjalanan dengan becak, maka saya melanjutkan perjalanan dengan menumpang teman-teman atma menuju ke venue pameran. Di perjalanan, layaknya orang jakarta lainnya kami berbincang tentang jogja, dan tentu mereka antusias, saya lemes. Malioboro dengan ftv nya, perjalanan ke ganjuran, nasigoreng papilon(yang enak setengah mati!) ayam tojoyo, dan beberapa tempat makan lainnya di jogja.

Berita itu kayak kentut, kamu gak tau darimana datangnya, tapi kamu bisa merasa dan terpengaruh. Begitu juga tempat makan kayak Raminten, yang memang 2 tahun terakhir jadi jujugan wajib bagi orang luar jogja buat di kunjungi, Pasta Gio, yang tempatnya mencit dan cenderung seperti mitos, atau Kalimilk yang sampai di recomend sama teman-teman lain. Begitu juga pagi itu, nama-nama tempat makan diatas disebut oleh mereka atau saya, dan selepas pameran kami berencana untuk mencoba singgah ditempat makan tadi tadi itu sembari menghabiskan waktu menunggu penerbangan kembali ke Ibu Kota.


"ra hih! nten......."

jam masih menunjukkan pukul 8, karena kepagian buat ke venue, kami nyicil food trip kami ke Raminten, sudah banyak isu tentang tempat ini, baik dari saya, maupun dari Lusi, dan Finna, Mas Atas mah ga tau apa-apa kalo soal tempat ini. Buat kami semua, ini jadi kunjungan perdana ke Raminten, dan dalam hati saya takut karena isu isu yang saya dengar tentang tempat ini. 

Ternyata raminten memang tempat buat turis, karena 3 warga jakarta ini bisa sangat menikmati semua "atraksi" yang dimiliki resto etnik ini, sementara saya cuma harap-harap cemas. Tapi overall lagi, semua pengalaman baru itu menyenangkan, buat saya kalau ga ada mereka, saya yakin nggak pernah bisa membuktikan ke absahan isu yang saya dengar tentang tempat makan ini, dan akhirnya memang isu itu terbukti benar -_-

tapi terlepas dari isu itu, raminten ternyata tempat yang menyenangkan, atau lebih spesifiknya unik, teman-teman jakarta saya menikmatinya, dan saya yakin kalau kalian bukan orang jogja pasti bisa menikmati tempat ini sama kayak mereka. mungkin ini sama kayak saya yang bisa sangat bahagia lihat monas, dan mereka yang mau muntah lihat bangunan jangkung yang gendut itu. such a good experience tapi

pasca "sarapan" kecil di raminten, kami melaksanakan agenda utama kamu hari itu, pameran. kira-kira dari jam 9 pagi hingga pukul 3 sore, setelah merapikan paket pameran universitas saya, dan membantu sedikit delegasi atmajaya, kami bersiap meninggalkan Kolese de Britto. Sebenarnya agak aneh buat saya waktu melihat bagaimana sistem kerja dua universitas, universitas saya, dan atma jaya jakarta, yang berbeda dalam menyikapi manifestasi. Di booth saya, kami tinggal memasukan semuanya ke dalam koper se rapi mungkin, lalu menyerahkannya pad mobil fakultas untuk dibawa kembali ke akntor. Hanya butuh sekitar 15 menit, dan tanpa keringat

Sementara ketika membantu teman-teman atma, harus ada pengecekan manifestasi yang teliti penghitungan setiap lebar kertas yang mereka bawa, sovenir yang mereka bagi, semuanya dihitung, dan saya sampai keringetan, sesungguhnya saya bingung, sampai saya nyeletuk. "Rajin amat pake diitung" dan jawaban mas atas sangat tuntas; "kalau swasta kan uangnya mepet, ga bisa jarjerjor kayak negeri"

Universitas saya memang sebuah PT Negeri, dan yaaa, bener juga sih, kadang kami yang di PT negeri suka nggak menghargai uang sampai sedetil teman-teman swasta, karena kami punya banyak dukungan finansial dari pemerintah, sementara PT Swasta harus pintar pintar mengatur cash flow nya, sampai brosur juga masuk hitungan.


"foodventure"

mendekati pukul 4 kami beranjak dari Kolese de Britto, saya yang ikut memasukan barang kedalam mobil mules sendiri melihat banyaknya material pameran yang mereka bawa pulang ke jakarta, 8 piece dengan berat lebih dari 40 kilo. Mungkin universitas saya membawa barang yang nggak beda jauh, cuma secara tuan rumah yang deket, jadi nggak berasa, lagipula jumlah personil kami amat banyak, bandingkan dengan mereka 2 wanita 1 pria, well, itu lumayan banyak men.... Tapi sebelum memusingkan soal barang kami sempat menjelajah ke dua tempat makan di bilangan palagan-lempongsari.

Pastagio, dan Kalimilk. Satu tempat saya kenal dari berita mulut ke mulut, dan tempat lainnya mereka kenal dari berita sosmed. Saya sudah pernah singgah kedua tempat ini, tapi sore itu rasaanya beda, mencoba menikmati semua tempat, mencoba menikmati jogjakarta dari sisi wisatawan, sisi orang jakarta. 

Sampai hari ini, saya masih sering linglung kalau ada orang yang bilang jogja itu enak blablbalabalalalalala, dan sore itu saya mencoba mencerna lagi, senikmat apa jogja sebenarnya. Ya, sedikit berbeda sensasinya, datang ke raminten, tanpa sadar sebelumnya saya naik becak ke tempat bakpia, naik mobil sewaan, difoto mas-mas gay, makan di pastagio hujan-hujan, dan ke kalimilk, semuanya memberi prespektif baru sih, dibanding kunjungan saya ketempat-tempat itu biasanya, hari itu saya di turisi, dan seperti biasanya, saya nyadar kalo ternyata kota yang saya anggep datar ini punya vibrant yang sangat friendly, dan dynamic dengan caranya sendiri.

Testimoni dani finna dan lusi saya rasa cukup mewakili jogja, bahwa ini kota dimana orangnya ramah, dan baik-baik. Well, saya nggak merasa orang sekitar saya baik semua, tapi daripada engkong-engkongn yang bentak2 di johor bahru, atau copet di chinatown singapore, atau dinamika di jalan protokol jakarta, kota kecil saya ini masih lebih memanusiakan manusia.


"agustinus adisutjipto"

Nama destinasi terakhir kami di jogja, membelah hujan gerimis, dan jalanan di ringroad utara, rasanya sedikit sendu. Bukan hanya karena harus berpisah dengan teman-teman baru, tapi akrena saya masih jauh dari rumah, dan istirahat. Tapi di belakang saya ada suara tanya "ini airportnya? ini akhir trip kita dong, yaaaah...." ternyata ada yang lebih berat hati meninggalkan vibrant-nya kota ini, kota yang 24 jam lalu saya anggap sebagai sekedar tempat tinggal, kota yang sejujurnya memang indah, dan romantis. bukan romantis karena saya banyak menghabiskan waktu dengan tukang becak lho. Romantis karena semua orang disni pelan tapi pasti, berkendara pelan tapi pasti sampa, berbicara pelan tapi pasti selesai, oke kayaknya saya salah presepsi antara romantis sama lelet...

katanya mirip
Di airport ini biasanya saya girang banget, karena saya selalu mengawali petualangan jalan-jalan saya dari tempat ini, jakarta part kesasar di monas, jakarta part seaworld, singapore, malaysia, semuanya dimulai dari sini. Tapi hari ini memang beda, teman-teman saya balik ke jakarta, dan saya balik ke rumah melanjutkan dinamika hidup kasual saya. Perbedaan yang besar, Jogja, yang dulunya nggak saya idolakan, dengan jakarta, tempat yang sangat saya sukai karena sangat menantang. Tapi hari ini, saya di ajari betul bagaimana vibrant nya kota saya, ternyata walau batal ke jakarta, saya masih beruntung bisa studi di kota seperti ini...


dan malam itu ditutup dengan perjalanan kereta dari bandara ke maliobor, kereta yang penuh sesak dengan manusia, serta pengap. welll, welcome back daily life!

Rabu, 03 Oktober 2012

Masih Bisa Kuliah

"setiap sore senyum nya menyapa, dan alunan ringan tangannya mengingatkan bahwa saya masih beruntung dengan semua yang saya punya"

MAHASISWA
Waktu sudah berganti, sekarang saya mengendarai motor kuning saya tidak tiap jam 7 pagi. Bisa jam 11, bisa jam 9. Saya juga nggak jalan lagi ke kawasan demangan, tapi bulaksumur. Singkatnya hidup sudah berubah dengan hidup kemarin, saya sudah kuliah.

Jadi mahasiswa, kata seorang praktisi di kampus saya, berarti mengembang tanggung jawab pada rakyat, karena kursi-kursi yang kami duduki sedikit banyak juga di galang dari pajak rakyat, yang dipakai buat mensubsidi biaya pendidikan yang katanya tinggi di Indonesia sini.

Jujur saja, saya, dan anda yang aktif di dunia pendidikan pasti tidak merasakan hal tersebut. Merasa bahwa dibawah kursi-kursi ini ada uang rakyat yang dihimpun buat bayar tuition fee kita tiap tahun. Saya merasa begitu jujur saja, feel bahwa di bayarin rakyat itu kurang berasa.

Feeling un-responsible masih jelas kental di dalam saya. Kuliah itu hak, sesuatu yang memang sudah layak dan sepantasnya saya terima, sesuatu yang harusnya memang sudah melekat di dalam diri saya

Kartu Ijin Kendaraan
Merupakan benda langka yang nggak saya miliki, sebuah kartu sakti yang bisa melegalkan saya membawa si kuning masiuk ke dalam area kampus. Karena kealpaan kartu ijin kendaraan atau yang akrab disapa KIK ini, maka tiap kuliah saya harus memarkir kendaraan saya di kantong parkir, dimana tak ada pungutan, hanya cukup membawa STNK supaya saya sah parkir disana.

KIK ini merupakan perbincangan yang hangat di orang-orang sekitar saya, pro-kontra tentangnya gak berhenti bermunculan, dan yang paling menyenangkan adalah menajdi pendengar dari semuanya itu. KIK komersialisasi, atau akal-akalan elite, hehehe, saya nggak tau, belum tau, yang saya tau pasti semua hal ini membuat saya gak bisa parkir di dalam.

Kuliah Sore
Ya,kebanyakan sesi kuliah saya berakhir sekitar pukul 3, di satu hari, bisa selesai pukul 5 sore. Slot waktu yang menyenangkan untuk menempuh jalan pulang, waktu jalan tidak terlalu crowded oleh banyaknya kendaraan bermotor di Jogja, dan matahari sudah mulai tidak terik. Kadang waktu pulang juga diiringi embusan angin sejuk yang menyegarkan.

Ketika saya mau keluar dari kantung parkir kampus, ada sesosok pemuda yang setiap sore setia berjaga disana, mungkin usianya cuma 2 tahun lebih tua dari saya, atau mungkin sama. Petugas ini yang berkewajiban memeriksa ke absahan STNK tiap kendaraan sebelum meninggalkan kantung parkir. Entah kenapa di satu sore yang sepi dia membiarkan saya lewat tanpa menunjukan stnk.

mungkin dia malas


hari selanjutnya pun begitu,
lewat saja...

terus terus terus dan terus

saya mendapat previllage dari si mas ini, saya nggak tahu namanya, saya nggak tahu aapun tentang dia.

cuma melihat dia yang berjaga tiap sore, dan membandingkan saya yang keluar dari ruang kuliah di sore yang sama, saya tahu kenapa saya harus kuliah dengan benar, serius, dan penuh tanggung jawab

karena apa yang saya punya hari ini, apapun itu, masih lebih baik dari dia yang terpaku di bangku kayu kantong parkir lembah ugm.

senyum hangatnya seolah pesan singkat, bahwa saya yang lebih beruntung, harus memaksimalkan apa yang saya punya



ya, kuliah yang betul nak.

Sabtu, 28 Juli 2012

dulu 4 tahun lalu

satu pagi di akhir pekan bulan juni, Ian mungkin lebih dekat dengan danau toba waktu itu, Demas alias db nangis kejer-kejer, noel sudah tau kabar ini sebelumnya karena dia kecer bukan karena masalah otak yang "biasa" dan saya cuma termangu beserta buku biru besar yang mengabarkan kabar kalau saya harus mengulang setahun di kelas 11.

Barangkali semua itu adalah awal dari kisah kami, saya, db, ian, dan noel. kami berangkat dari kelas yang sama, kelas eksata yang menghasilkan angka ketidak naikan paling tinggi, 9 orang tinggal kelas. Ya, 9, rata-rata orang pasti terkejut dengan angka tersebut, tapi memang ada 9 orang yang harus kecer kala itu.

Pendek kata kami memulai kebersamaan ini lebih dalam kala mulai live-in veteran, veteran adalah idiom untuk mereka yang harus menyelesaikan masa sma dalam 4 tahun. selama seminggu kami dan beberapa teman lain harus hidup di panti asuhan cacat ganda, dan panti asuhan reguler. Mulai dari memandikan teman-teman difabel, memberimakan, mengajak bermain, sekali waktu nyangkul disawah, nonton ftv, nyuci boneka, refleksi, semua, bersama-sama.

Bersama-sama barangkali kunci dari semua kisah kami, selepas live in ternyata kami empat, bersama neruske petualangan masa sma, 11 ipa 2. Sekali waktu remidi, sekali waktu nilai kami tinggi-tinggi, dan kami mulai lebih familiar dengan Boprki dua, karena apabila dalam setengah semester kami nggak emnunjukan kesembuhan nilai, kami harus angkat kaki dari kolese kami. Well, kalau kata beatles eight days a week, maka kami 6 days a week di bulan2 awal harus pakai seragam terus ke sekolah, harus nilainya bagus terus, dibalik semua keharusan itu ternyata kami saling melempar satu sama lain untuk tetap semangat, tetap bersama, biar ga ada satupun yang hilang.

Juni berikutnya,
ian dan ivan demas, noel sudah pasti naik kelas, dan saya masih harus membereskan administrasi baru dapet rapot, itu 45 menit yang paling menyebalkan buat saya, menanti nota keluar dari kantor tata usaha, sampai saya bisa memegang raport. Ingatan saya kembali ke jaman kelas 10, waktu saya harus mengambil raport pada salah satu karyawan, mas handoyo, bukan ke wali kelas karena tidak punya nota ajaib itu. waktu kelas sepuluh mas handoyo jadi the "good messanger". Mengabarkan saya naik kelas dan bisa masuk ke semua jurusan. Kali ini saya berharap hal yang sama.

dan ya, setelah 45 menit molor dari jadwal seharusnya, ada teman2 yang menunggu raport saya, ada juga ian,db, noel disana. Saya belum buka, dan saya nggak tau masih bakalan masuk mana. Noel yang nampaknya membuka pertama, sambil misuh-misuh dan meletakan buku biru itu di lantai, lalu mengejar saya, saya lari sambil ketawa-tawa keliling taman patung j, well, run of joy, naik kelas, di kejar temen2 yang pernah ga naik kelas, selanjutnya saya berakhir di kolam ikan lumuten, karena tersergap, dan dicemplungkan, joy!


jauh sebelum nyemplung kolam, kami sama-sama struggle, mulai dari tutorial bersama noel, les pak yunus, jimmy, saya masih ingat beberapa hari sebelum ujian akhir semester dua kami marathon dari rumah saya, ke rumah ivan demas, dika, ian hanya untuk belajar dan belajar, bukan biar naik semata, tapi biar sama-sama naik, sama-sama lolos dari lubang jarum. Satu yang nggak akan lupa, waktu mau menyambut ujian matematika, kami belajar samapai pukul dua belas malam, sekitar pukul sebelas kami meninggalkan rumah ian buat beli slurpee di circle k parkiran bandara adisucipto(dulu ada). Pemikiran tiga pemuda desa ini sangat sederhana, fungsi kuadrat, dan aljabar memanaskan otak kami, dan kami ingin mendinginkannya dengan minuman slurpee, walau setelah minum saya malah pusing karena kedinginan.

Karena bandara dan rumah ian adalah tetangga, maka bijak kalau kami jalan kaki, karena jalan kaki kami mintas jalan, dan berjalan di rel kereta api adalah pilihan yang oye, jalan berangkat there's no trouble. di jalan pulang waktu setengah perjalanan, kami diikuti sesosok mahkluk halus yang ga jelas juntrungnya -_-a itu sebuah pengalaman yang sangat ih wow....

pernah juga satu sore kami berempat bertandang ke kawaan beran, sleman. Muter-muter kampung ditengah penjagaan ekstraketat dari polisi, karena pada hari yang sama presiden I akan melintas jalan magelang, hanya untuk mengantar noel ke tukang pijet langganannya. Salah kalau kalian mengira tukang pijeetnya cantik seksi dan menawan kayak di film-film, tukang pijetnya orang sumatera, berotot, dan kumisan, oh iya, cowok juga. Selagi si bapak sibuk menggerayangi kaki noel dengan lotion marina yang sangat nyegrak, kami cuma nonton bola sambil kedinginan. Hari itu kami akhiri dengan makan masakan padang, dan menonton mbak-mbak menari di sanggar tari milik mbahnya noel. Sebuah cara yang berseni untuk mengakhiri sore hari.

Sebenarnya hubungan kami ini kayak 3 pria homoseksual, ya, bertiga. karena beberapa period dalam pertemanan ini noel lebih sering diam di ranjang, atau terakhir dia bertandang ke negeri singa. Satu kali ada masanya kami bertiga kemana-mana bertigaaa terus, ada masanya ian sibuk dengan wanita pujaannya. meski sayangnya sampai tulisan ini dibuat dia belum pernah pacaran satu kalipun, belum pernah... ada kalanya juga debe yang ngurusi sodara-sodaranya, dia ini diibaratkan kayak tour guide dan family man sejati, setiap ada sodara yang datang ke jogja, pasti ditemani muter-muter, ampuh to? yang nggak masuk akal adalah jumlah sodaranya kayaknya ada puluhan ribu, karena hampir tiap weekend dia kami kontak dan mengatakan "sedang ada saudaraku", yang paling absurd dari pria ini adalah jatuh cinta dengan saudaranya sendiri.... oke ini bukan sinetron, tapi teman saya, db. apa? geblek? saya juga nggak bilang dia pinter walau iq nya tinggi :p. ada juga masa dimana saya teralu sibuk main bola, atau bermain dengan teman-teman lainnya.
tapi bener lho, cuma kayak, bukan gay beneran.

buset, udah cepet banget sejak pertama kali kami kepaksa bersama di kelas ipa 4, dan sekarang udah pada mau kuliah aja. DB yang paling tolol diantara kami bakalan meneliti hasil pangan di sebuah universitas di bogor, Ian akan melanjutkan studi informatika di perguruan swasta ternama di Yogyakarta, dan saya juga menmani Ian di kota ini, hanya saya akan belajar Hukum.

Kata orang dewasa itu kalau udah pernah inilah itulah, tapi ada yang bilang juga dewasa itu pindah, move on. yaaa, mungkin kami sekarang udah dewasa, sama-sama menghadapi kenyataan kalau nggak ada lagi cerita satu dungu dua membantu kayak jaman ujian masa sma, atau reparasi hati pas jaman galau nasional, waktunya kami berdiri diatas kaki kami sendiri.

dan mungkin pesta perpisahan kami bertiga akan kami lewatkan dengan foto-foto di toko buku gramedia(lagi)


cen norak.



Sabtu, 07 Juli 2012

zango

selalu ada yang pertama buat semuanya kan? :}





mungkin gue harus berhenti taku, dan lebih percaya diri deh, sejak semalam, semua berasa sangat... wow!

Senin, 25 Juni 2012

pamit yang2an

nama pamit yang2an(pamit yang-yangan, berpamitan untuk pacaran-jawa) sebenarnya sesuatu yang cukup abstrak untuk saya bayangkan pada awalnya. Jumpa pertama dengan nama ini adalah pada gelaran Ngayogjazz sekitar 2011 akhir. Kala itu sulit sekali menebak apakah sebenarnya PYY ini, komunitas tentunya, saya yakin. Tapi merek jualan kaos(ada boothnya kala itu), tapi streaming, saya bahkan sempat menerka kalau ini sebenarnya toko modem dengan nama yang agak beda. perjumpaan pertama kala itu masih belum membawa saya berkenalan dengan pamit yang2an


satu even di medio juni memaksa saya, atau lebih tepatnya membawa saya dalam perkenalan yang lebih emndalam dengan PYY. Ternyata ini adalah radio, a kinda internet radio yang didirikan oleh beberapa anak muda, dan mengandalkan modem serta laptop untuk mengalunkan musik ke banyak komputer dimana-mana. Jadi PYY bukanlah toko modem, sama sekali bukan.


Yang membedakan PYY dnegan radio konvensional adalah cara pendengar dengan DJ ber-tegur sapa. Jika umumnya komunikasi DJ-pendengar banyak dilakukan via cuap-cuap penyiar, cara PYY menyapa adalah lewat kicauan akun twitter PYY. Sedikit unik.

Satu yang saya terka, PYY bukanlah radio yang mengudara demi pundi-pundi rupiah. Mukin bagi para DJ PYY, radio ini seperti menyulam, hobi sampingan saja, dan dilakukan kala ada waktu luang. Hal ini njuga menjelaskan kenapa tagline dari PYY adalah "Radio yang sebaiknya anda duga" karena memang PYY hanya mengudara saat salah satu dj nya punya waktu. Kebanyakan sih di malah hari, medio jam 9-10, kadang sampai subuh, tak tentu sodara-sodara, memang sebaiknya kita duga saja.

berbekal keunikan-keunikan tadi, PYY masih punya satu feature yang menurut saya sih sangat ciamik. Saya pribadi sering hunting musik-musik indie lewat CD audio, entah kenapa CD Indie kadang membawa suatu sensasi tersendiri dalam menikmati musik. Keunikan musiknya itulah yang membuat indiepop di amta saya punya nilai lebih. PYY sebenarnya menyintas pencarian orang-orang semacam saya. PYY sering mendengungkan lagu lagu dari pemusik indie, dan tidak mengenal batas aliran, negara atau bahasa. Mostly lagu-lagu yang diputar di PYY selalu nyaman untuk didengarkan, dan kebanyakan adalah lagu "antah berantah" yang mungkin kita gak banyak demngar, tapi membuat kita cinta pada dengaran pertama, seenggaknya manggut-manggut keenakan dengerinya gitulah.

entah termotivasi atau memang obsesi, PYY semacam berusaha membangun branding bahwa mereka adalah sahabat para galauers. mulai dari alamat email, tweet, dan lagu yang diputar sangat ingin membawa semangat galau rasa-rasanya. Well, bagi saya alih-alih duta galau, PYY lebih mirip sebuah etalase musik yang membawa pendengarnya dalam sensasi yang berbeda. Lagu-lagunya, musiknya, artisnya, saya menggambarkan itu semua seperti travelling ke tempat yang baru, dan makan makanan yang enak mampus.






yaa, karena galau adalah harapan, dan harapan ituada di pamit yang2an, prabs!

Selasa, 05 Juni 2012

ide-al

idealisme barangkali sesuatu yang keren ketika diperkenalkan apda kita yang hijau, kita yang baru senang-senangnya larut dalam masa remaja

idealism tentu saja bisa sangat luas, bicara tentang banyak hal dari A hingga Z, ada sangat banyak. Biasanya kita yang mengenalnya lalu mencoba memakukan itu dalam sendi-sendi kehidupan kita sehari-hari.

idealisme bicara tentang sesuatu yang ideal, harapan, keinginan, dan cita-cita. namun idelaisme sesungguhnya tak pernah bicara tentang kenyataan, jarang bicara tentang hari ini, lebih sering berbicara mengenai besok, dan nanti.

kadang kita semua lupa, bahwa dibalik kerennya idealisme, ideal tetap merupakan sebuah ide. harapan.


sayangnya saya nggak pernah menemukan sesuatu yang ideal dalam hidup ini, dan saya rasa semua orang juga nggak.




hidup asik kok, selalu asik, dan penuh berkat, meski nggak ideal.

dan mengejar ideal itu sebenernya benar apa salah ya... entah
hehehehehehe :3

Rabu, 30 Mei 2012

festival musim panas

semuanya cuma berangkat dari obrolan kecil kami di suatu malam sebelum ujian praktek. obrolan yang saya yakin banyak juga dilakukan sama teman-teman satu sekolah kami. mimpi, visi, ide, keprihatinan, idealisme, pokoknya hal-hal yang jadi makanan kita sehari-hari diputarkan terus.

awalnya ide itu nampak sangat gak real.
mimpi kami bertolak belakang dengan status kami, cita-cita kami berlawanan dengan keadaan finansial kami.

awalnya juga, godaan untuk berhenti pada tahap ide sangat menggoda. well, semuanya sangat gelap waktu itu. sampai kami berbicara pada banyak orang.
satu mendukung, satu setuju, satu menyempurnakan, masukan-masukan positif dari orang-orang disekitar kami seakan jadi katalis proses ide gila kami jadi bentuk yang lebih cantik dan formal, tentunya lebih nyata juga.


Saya berani mengatakan, bahwa apa yang kami lakukan sejauh ini membuat saya terpesona. Nggak, kalau kalian berpikir saya terpesona sama kehebatan saya, atau beberapa orang dekat saya, salah besar. Saya terpesona sama gimana ide yang gila, dibawa dengan semangat yang tulus, dan dijaga oleh teman-teman yang luar biasa membawa kami sejauh ini.

saya masih ingat jelas kalau dulu ide gila ini mengapung medio maret 2012. Sekarang semuanya tinggal dalam hitungan hari.

apa yang sempat dirasakan ragil, mungkin sekarang saya alami juga bersama bimo, dan banyak teman-teman lain. Lebih sulit untuk pergi tidur, dan lebih sering kuatir. saya bahkan nggak inget kapan saya tidur sebelum pukul 1 malam. yaa, rasa resah yang menyerang tiap malam memang sulit dihilangkan.

namun dibalik keresahan itu, tetap ada rasa haru dan itu tadi, terpeson, melihat sejauh apa kita sudah berjalan.







saya percaya ada banyak orang berdiri di seberang sana, namun itu pendapat bebas. berbeda juga tidak harus bermusuhan. malahan berbeda itu tidak salah. setidaknya itu yang saya hayati. terlebih dari itu semua, apapun hasil akhir dari semuanya ini, saya percaya kalau ide liar kami ini bukan puncak dari semuanya, ini sebuah awal, titik tolak bagi kami semua.

untuk menyalakan api yang murni, dari pikiran yang bebas, semuanya adalah awal.



hap! work hard! jangan cepa puas. all the best.

God do the best, we do the rest

pernah denger ungkapan "Do The best, God do the rest"?
Lakukan yang paling baik, dan Tuhan ntar membereskan sisanya.

ungkapan kayak gitu sering banget noh dipake sama orang-orang, khususnya yang sedang berusaha, atau mengupayakan sesuatu. Sesuatu bisa maceem2, nilai ulangan umum, hidup, cita, opo wae yang memungkinkan manusia jadi lebih lemah dan menyadari perlu Tuhan, biasanya ungkapan kayak gitu hadir.


....


Medio bulan mei 2012, pengumuman hasil seleksi snmptn undangan, ramai-ramai ada yang senang karena keterima, tapi nggak sedikit yang kecewa karena belum diterima di universitas yang dia pengen. Kemarin malam saya sempat video call sama Adiel via Skype, dia keterima di kedokteran UGM. Inget beberapa bulan kebelakang, waktu dia jadi bahan ejekan teman-teman biar mengambil kuliah arsitektur, dan dia dengan muka yang paling jelek kukuh menyatakan personal goal nya dokter, forever dokter. Akhirnya beberapa hari lalu itu tercapai. Cukup senang mendengarnya. Nggak, senang banget malahan dengarnya. Seorang teman bisa dapet apa yang dia mau.

Lain Adiel lain Ian, teman karib saya ini harus menunda napas leganya setelah hasil seleksi snmptn undangan belum tersenyum sama dia. Informatika UGM masih harus coba dia masuki besok Juni lewat jalur ujian tulis. Selain di kalangan para teman, di kalangan saudara-saudara saya juga ada yang keterima lewat jalur spesial ini, dan ada yang belum diterima. Kebetulan keduanya memilih dokter sebagai prioritas pendidikan tingkat tinggi mereka

Kedokteran itu kayak martabak manis ekstra keju, sangat nikmat waktu dirasakan. Denger adiel nyemplung, dan satu sodara saya nyemplung, rasanya bisa seneng banget Padahal saya sama sekali gak punya urusan secara langsung sama mereka. Pun bapak saya, dia juga merasakan sensasi senang yang sama. Euforia lebih tepatnya.

Cerita jadi lucu sampai bapak saya bilang "wah, udah pada dapet kuliah enak-enak semua, Tuhan itu baik banget sama keluarga kita blablablabla"

well, no doubt, tuhan mah selalu baik, mau dari dulu, sampai kapan juga dia baik. Cuma kadang manusia ga paham caranya merespon kebaikan tuhan. Karena wujud kebaikan Tuhan kan ga selalu sama seperti yang di inginkan manusia.

Gak naik kelas itu baik, saya bisa bilang gitu, tapi saya yakin nggak ada satu orang pun yang mau buat nggak naik kelas. itu contohnya.







Balik lagi, keterima, gak keterima, mungkin jelas Tuhan baik, karena banyak orang di sekitar saya yang  lolos tes, dan masuk di fakultas yang mereka inginkan. Tapi saya mau nekenin, kalau kalian yang ga diterima juga tetep dapet kebaikan Tuhan kok.

Masih ada macam-macam jalur masuk, just believe kalo dia bakal memberi yang terbaik, he do the best,  kalian juga. then you do the rest, tapi tuhan bakalan tetep do the best.


jangan nggembos yan! van!


godspeed.

Minggu, 27 Mei 2012

food food food

makan, kayaknya selain ngentut itu salah satu hobi manusia yang paling dahsyat.

ya walau badan saya nggak merepresentasikan kecintaan saya sama makan, tapi makan sesungguhnya selalu menarik tiap-tiap kali saya lakukan. selalu ada yang baru, kecuali makan telur ceplok. mau gimana-mana rasanya tetep sama....

2 hari bel;akangan saya makan aneka makanan, dari yang monoton, sampe yang bertone-tone. kemarin rasanya lebih cocok disebut bakso all the day. karena dari sarapan, makan siang, sampai makan malam saya cuma menyantap bakso. mulai dari bakso sawi, bakso kuah, bakso sawi tahu, sampai bakso kebanyakan cuka. untunglah waktu bangun besoknya, muka saya nggak jadi bakso.

saya nggak tahu makanan ini asalnya darimana, mungkin dari china. tapi yang pasti, bakso itu eksotis banget. kornelan, dan bakso ito, dua bakso yang beda tapi sama, sama-sama bikin ngeces setengah mati. malam kemarin rencana mau makan bakso kronelan, aduh ususnya itu... rrrr membuat rindu, walau cuma menuliskannya aja bisa bikin kemecer. tapi sayang seribu sayang, ibu bakso ini agak nakal, dia sekarang sudah lebih modern. menerima pesenan lewat telepon. jadi pas mesen, saya mendapati kenyataan berpuluh-puluh pentol bakso itu di itungi dan di masukan plastik untuk orang lain... rasanya kayak kehilangan anak....


lalu destinasi pindah, ke bakso ito. buat saya ini adalah makanan nasional yang hanya dimakan di kala sakit. nggak mengelak kalo bakso ito punya rasa yang sedemikian lezat, tapi ga bohong juga, kalau saya cuma makan bakso ito saat meriang. jadi dalam keadaaan sehat makan bakso ito tu kebayang demam langsung. tapi diatas itu semua rasa baksonya masih dewa banget. uenake.

makan,
kadang ini lebih di fokusin tentang apa yang kita makan, belakangan beberapa orang juga mengkultuskan tempat makan sebagai salah satu faktor pendukung enak apa enggaknya proses makan. semakin nyaman temoatnya, maka makanan bakal berasa lebih enak, mungkin gitu singkatnya. Yaa, menurut saya selain makanan dan tempat makannya, yang nggak bisa dilupain atau dipinggirin adalah suasana hati kita pass makan. Saya yakin kornelan atau apa aja rasanya nggak se surga itu kalau misal dimakan pas daam momentum yang brengsek banget. Kadang-kadang makan sama orang yang tepat membuat momen makan jadi lebih seru, dan makanan bisa lebih di kenang, atau rasanya lebih enak.

aneh ya, tapi rasanya emang gitu, makanan ga berhenti pada apa yang kamu makan tapi siapa yang nemenin kamu makan, atau aapa yang terjadi waktu kamu makan :3

makan~

Selasa, 22 Mei 2012

star

so, around midnight, dan tiba-tiba perut kayak di kucek-kucek.
Biologi sederhana, sakit semacam ini disebabkan produksi asam lambung yang berlebihan, asam lambung dapat terpicu sama makanan asam(?), dan tadi siang rasa-rasanya saya over makan  empek-empek nyonya kamto, dengan cuko yang tak sedikit, cuko asam, lengkaplah sudah analisis mengenai sakit perut saya tengah malam.

Kadang makanan tu bisa berasa surga banget, sama kayak es tiptop(surga dan neraka beda tipis, pas makan surga, pas bayar heran dewe) atau es pk, atau duren, es tape pake sirup prambors, atau bakso kronelan pake ekstra usus, atau nasi langgi. Semua makanan itu bener-bener maksimal banget di lidah, lain cerita dengan gudeg mercon, atau sate ayam(dulu saya sih suka sate ayam, tapi semenjak terkapar 2 hari gara-gara sate basi, saya lebih selektif makan sate), kadang makanan-makanan ini, terutama yang pedes ga umum bisa membuat makan berasa kamp konsentrasi Nazi.

ewr, siang ini mungkin bukan soal makan, bukan soal fruit tea juga dua botol, oh iya, fruit tea rasanya dahsyat banget juga. Tapi kamu lebih memilih kemakan iklan, "apapun makanannya minumnya teh botol sosro". bukan juga soal show mbak mbak pedangdut baju biru yang sound man nya terlalu dahsyat mixing sound-nya, sampe treble nya mentok, dan di dalem toko buku suara dangdut mixed sama lagunya Owl City.

Ngomong toko buku, ini lebih dari sekedar beli bolpen 0,4mm seharga 16 ribu, yang dicoba 3 kali tetep seret-seret aja. Juga bukan soal mesin grabber boneka yang kayak kambing, once you udah dapet, terus luput, terus hadiah hiburannya berupa permen. Itu penipuan banget -_-

Bukan juga soal nyanyi-nyanyi lagunya elvis di toko kaset, atau mencoba berani tanya apa itu setrika wajah. Bukan soal panik di tengah mainan anak-anak yang tiba-tiba bikin muka pucet, atau beli pulsa 50 ribu di bawah matahari sore yang bisa bikin mata jadi segaris tok.

Man.....
toko ramai nggak pernah se asik sore tadi.......




for sure, that's great.....
so greaaat....

thanks to you :}
22 Mei

Jumat, 18 Mei 2012

last day, last play (photos)

lunch time

KLIA Express, buka pintu harus dipencet

mas-mas TKI


rivan hamdani

theodore wira adi



The home of malayan motorsports

awesome!

AK 1310

ABL

Indonesian!

very soon, Vietnam :}

tip of wing


sunscreen-Ahmad Yani SMG

okedeh keren

Finale

Kaki Lima-China Town KL

Bakut

Yogi-100 Plus-Coke