Senin, 17 Desember 2012

Concert; white shoes & the couples company

"Malam itu mereka bermain sekitar 45 menit, white shoes sering membuka penampilan mereka dengan intro. Jika Mocca biasa memainkan I Love You Anyway sebagai opening, atau On The Night Like This, White Shoes meramu intronya sendiri"


Sabtu malam, kota saya, Yogyakarta seperti biasanya cukup crowded di beberapa bagian kota. Belakangan memang macet lebih sering terjadi, dan punya rumah di bilangan Malioboro memang mau tak mau harus mengakrabi macet yang menghiasi sabtu malam seperti ini, dimana banyak pelancong tumpah ruah di kota kami, mulai dari pagi hingga menjelang pagi lagi.

Sabtu pertengahan bulan desember ini sedikit berbeda dengan sabtu-sabtu yang sudah-sudah. Malam ini saya merencanakan untuk menghadiri konser White Shoes & the Couples Company(wsatcc) band asal Jakarta yang membawakan musik era lama. Alih-alih era lama, menurut saya mereka adalah band dari Jakarta yang punya warna musik unik, sekaligus menarik.

Ricky Surya-Saleh Hussein
Songlists
Bagi saya, perkenalan dengan wsatcc sudah dimulai dari medio 2006an, ketika saya menyaksikan film "Janji Joni" pertama kalinya. Disini, wsatcc menjadi salah satu pengisi soundtrack, lewat lagu saktinya "Senandung Maaf". 6 tahun sudah berlalu sejak saya mulai "teracuni" oleh musik-musik mereka, namun belum sekalipun saya sempat menonton mereka bermain live di depan mata saya. Selama ini saya hanya menikmati showcase mereka via youtube, atau hanya mendengarkan nomor-nomor andalan mereka lewat CD. Perjumpaan pertama dengan wsatcc inilah yang membuat sabtu malam saya berbeda dengan biasanya.

Mujur, atau aneh bagi saya, karena pada sabtu siangnya, saya sudah bertemu dengan beberapa personil dan kru wsatcc ketika santap siang di Resto Ayam bilangan Jalan Laksda Adisucipto, pertemuan yang tidak sengaja. Meskipun tanpa interaksi apapun, namun pertemuan itu sedikit banyak mempengaruhi mood saya untuk segera menyaksikan mereka tampil di panggung.

Menurut Ibu saya, wsatcc punya musik(terutama suara vokal) seperti lagu-lagu tahun seket(50, bahasa jawa). Saya sepakat, memang suara unik Aprilia Apsari membawa kesan tersendiri buat yang mendengarnya. Sebagian lagi menyangsikan wsatcc, karena musiknya memang terlalu jauh di awang-awang. Setuju atau tidak, memang ada banyak pendapat yang terlontar mengani grup musik ini dari orang-orang di sekitar saya, mulai dari komentar positf, hingga yang menyangsikan. Namun tetap, wsatcc punya tempat sendiri bagi saya. Setiap Tone nya yang "soulful" membawa sensasi mendengarkan musik yang utuh.

Aprilia Apsari
Jika Ibu saya lebih fokus pada olah vokal grup ini, saya rasa masih ada banyak faktor sampingan yang bisa dijadikan alasan kenapa saya benar-benar "keracunan" karya-karya mereka. Salah satu yang dominan adalah paduan suara Gitar String, Bass Line yang soulful, ditemani petikan melodi, menurut saya tiga alat petik yang mereka mainkan punya ahrmoni yang sangat padu. Karena itu juga saya selalu bermimpi bisa main gitar seperti mereka, karena mendengarkan permainan mereka saja sudah membuat hati sebegitu bahagianya, jadi kalau bisa memainkan nampaknya tidak akan mengecewakan.

Mocca, salah satu band yang sering saya dengar, dan datangi pertnjukannya, buat saya, mocca memainkan musik yang manis, dan punya format penampilan live yang relatif "segar". Sedikit banyak apa yang biasa ditampilkan mocca di panggung menjadi bayangan saya terhadap apa yang akan ditampilkan wsatcc live diatas panggung. Namun ternyata band asal IKJ ini punya format yang berbeda, meski berbeda tidak mengecewakan sama sekali.

Malam itu mereka bermain sekitar 45 menit, white shoes sering membuka penampilan mereka dengan intro. Jika Mocca biasa memainkan I Love You Anyway sebagai opening, atau On The Night Like This, White Shoes meramu intronya sendiri. Semacam pemanasan mini tanpa Sari di Panggung. Tidak skillful mungkin, namun jelas tone-full(pardon my franchise). Lagu intro ini juga bukan lagu yang terus-terusan dibawakan secara tetap. Dari pengamatan saya mereka punya Intro yang berbeda-beda, namun intinya tetap, semacam musik pemanasan, introduksi menuju penampilan dan gaya bermusik mereka di awal konser.

Masih merujuk ke Mocca yang mengemas penampilan live mereka dengan warna musik yang tidak identik dengan rekaman, white shoes melakukan hal sebaliknya. Lau-lagu mereka disampaikan dengan detil mendalam yang sangat identik dengan rekaman di album. Namun tetap, sensasi melihat rekaman di depan mata tidak bisa di kesampingkan. Sebuah kenikmatan tersendiri. Ketika ada bebunyian tertentu yang menarik, kita bisa menelisik dari instrumen apa datangnya.
Yusmario Farabi

Lagu demi lagu terlewati, nomor-nomor andalan wsatcc dimainkan dengan manis, dan penonton pu bisa menikmati, sejenak saya ragu apakah mereka bisa disangsikan oleh orang lain, seperti yang saya temui ketika memperdengarkan lagu mereka pada banyak orang. Sebuah pengalaman musik yang menyenangkan, ceria, dan berharga, meski malam itu harus berbecek-becek ria untuk bisa mendapatkan spot yang baik utuk menonton, namun semua terbayar lunas ketika saya bisa menyaksikan wsatcc secara langsung di depan mata saya sendiri.

Meski sendirian, namun ada rasa puas yang saya dapat dari pertunjukan itu, sama seperti saya menyaksikan mocca tampil, kepuasan yang mirip. Bersamaan dengan saya yang melewati lumpur, ada banyak orang dibelakang yang meninggalkan venue selepas wsatcc tampil, lalu saya yakin, meski ada yang menyangsikan musik mereka, namun ada banyak yang menikmati musiknya seperti saya. Lihat saja ke belakang, samping, dan depan. Kami semua bergegas pulang setelah musik manis yang disajikan band retro pop asal Jakarta...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar