nekat aja masuk kesini |
Karena kehilangan dompet menyita waktu sebelumnya, maka sekitar pukul 3 sore belum jadi sarapan atau makan apapun, sambil menjelajah daerah itu, maka kita melihat2 restoran mana yang bisa di tinggali untuk makan sekejap. Kami baru menemukan satu restoran, tapi langsung masuk ke restoran pertama itu tanpa pikir panjang, mungkin karena sakin laparnya. Bencana dsedikit ketika menu disodorkan semuanya ditulis dalam tulisan cacing, kecuali harganya, lalu saya memilih makanan berdasarkan feeling, dan ben memilih berdasarkan gambar.
another side of HK |
Entah kenapa si pelayan kayaknya gak mengerti atau mungkin juga ga yakin sama cara kami memilih makanan, dan yah, dia mulai berbicara inggris, ke ben. sedikit inggris tepatnya, dan saya masih diajak bicara cina
*selama disini semua orang ngomong cina ke saya, dan saya sering kali jadi orang sombong atau pendiam setiap mereka bicara, karena saya nggak ngerti mau berekspresi gimana.
Akhirnya mereka nyadar kalau kami semua ga bisa ngomong cina, dan barulah pelan2 mereka menjelaskan menunya, dengan bahasa inggris yang super terbata2, tapi mereka nangkep pesannya, mau makan, noodle, mereka menawarkan(masih dalam tulisan cacing) dan kami langsung nunjuk dengan random. mereka lalu tanya minum, dan kami main ama, Coke! walau beda2 bahasa, tapi coke universal buat semua. Itu sebenernya lucu, terpisah bahasa, benar2 terpisah bahasa, dan itu pertama kalinya saya mengalami situasi lost in trasnlation.
Makanan kali itu rasanya lama sekali datang, bukan hiperbol, tapi memang betulan lama. Kami juga gak tau apa yang dipesan, apakah nanti akan datang mi ayam, kolo kee, atau naga goreng, nggak tau, orang cuma asal nunjuk doang. ternyata setelah menanti, datanglah dua porsi kwetiaw goreng dan daging sapi.
semua cacing |
Semuanya jadi lebih menarik karena saya dan ben sudah terkekeh dulu dengan proses mesen makanan yang random dan makanan yang sangat enak ketika disajikan, plus lost in translationnya, situasi makin lucu waktu si owner restoran bingung liat ben makan pake sumpit, dia ngoceh dalam bahasa cina, yang mungkin artinya "tuh bule sakit ya? kok bisa pakai sumpit makannya?" terus saya jawab dia ini half chinese bang, jadi bisa. dan si pemilik restoran manggut2.
Makan belum selesai Ben lalu keluar untuk ngerokok, dan saya masih makan, karena makan saya lambat. Si om ini datang lagi, dan dengan inggris yang super minimalis, dia tanya darimana asal saya, Saya jawab. Indonesia!. Dia lalu ngoceh dalam bahasa cina sambil berlalu, belum sampai 3 suap dia datang kembali, sambil gerakin tangan kedepan kebelakang, saya awalnya agak bingung, tapi dia memeragakan orang melakukan smash dalam badminton. Saya sadar ini masih ada kaitannya dengan Indonesia tadi, lalu saya jawab "yaa! badminton, Indonesia Indonesia!" dia berlalu lagi, tiga suap setelah itu lahi2 dia datang dan bilang 'Sonik, Sonik Indonesia" Yaa! Soni Dwi Kuncoro!
Sejauh itu semua kerandoman itu sangat lucu, dan ya, lost in translation ternyata ga buruk2 amat, kami bicara tentang lokasi indonesia, dan lain2 tentang tempat asal saya, kenapa saya nggak bias bahasa mandarin, dan kenapa banyak orang indo ga bisa bahasa mandarin,
tasty! |
Satu kejutan lagi bisa menemukan spot seperti itu dengan makanan yang dazzling di kota yang maju kayak hongkong, Sungguh sekarang saya mengerti kalau kota ini sungguh kota yang dinamis
iShoes |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar