Kamis, 18 April 2013

worried, ear.

Sebenernya ini sebuah tulisan minimalis yang boleh dibilang curhat saya tentang hubungan saya dengan duo maut asal Pamulang ini, sebuah kisah yang sayang kalau cuma ditulisa tanpa di bagi. Walaupun kalau di bagi juga gak keren-keren amat. Here we are,

Juni 2012 saya secara tak sengaja berhubungan dengan mereka, Endah n Rhesa untuk mengatur sebuah showcase di Almameter saya, Kolese De Britto, dan kala itu terus terang saja saya belum pernah merasakan sensasi mereka main live, jadi saya nggak bisa memastikan betul, apa yang akan mereka bawa di panggung, apakah macan, atau kucing. Apa keren gila, apa gila jelek banget. Karena buat saya pribadi jujur, recording itu fake, ya beberapa artis emang bisa bikin recording jadi art, tapi ga sedikit yang bersembunyi di balik recording session mereka buat nambal sulam kekurangan yang ada di kanan kiri, dan waktu saya belum tau, Endah n Rhesa(later di singkat ear) jenis musisi yang mana.

"Meleleh Waktu Check Sound"
Al-kisah sehari sebelum acara, waktu saya nggak sengaja sedang terhampar di lapangan sekolah waktu Check Sound akan di mulai, wedus gila, Mas Jangfang yang kala itu mencari sound composition yang tepat pakai gitar Cole Clark nya Endah membuat kuping saya merasakan sensasi yang macan. Macan abis. Hanya sebentar saya terhampar di lapangan, ketika saya kembali, mereka sudah dalam bentuk duo emnyanyikan satu lagu sapaan buat panitia yang ada di sana, Thousand candles light blablabla judulnya,s aya masih ingat betl, dan wedus. Itu menyenangkan sekali, sound chemistryyang mereka bawa sungguh berbeda namun loveable.

Beberapa minggu ke belakang, saya dimintai tolong untuk menghubungkan seorang teman dengan ear, sekolah mereka ingin memboyong ear ke Jogja untuk sebuah acara internal. Well, bukan perkara gampang menurut saya, karena sebelumnya saya bisa membawa mereka ke jogja, sebab bantuan dari luck yang entah dari mana datangnya. Benar saja, ketika pembicaraan telepon dimulai, saya kalut setengah mati, karena jadwal acara dan jadwal ear tidak saling bertemu. Sayangnya lagi, pada akhir dari cerita booking-bookingan ini, ada keajaiban lagi, kerendahan hati teman-teman ear untuk cancel jadwal bermain di kota lain di jawa barat untuk kami di jogja. Bantuan-bantuan macam ini kadang sering datang dengan sendirinya, dan ya, saya nggak bisa berbuat lebih banyak selain bersyukur, dan bersyukur banget, karena apa yang awalnya seems njelimet, akhirnya bisa terurai pelan-pelan.

Selang waktu berjalan, sejak saya menulis blog post ini, saya hanya berjarak beberapa hari saja dngan shocase mereka, dan sejujurnya saya amat sangat kuatir. Saya kuatir apakah mereka akan puas dengan kunjungan mereka ke Jogja kali ini, saya kuatir apakah mereka akan bisa gembira dan menampilkan nada-nada terbaiknya di atas pentas akhir minggu nanti. Kuatir, seperti biasa. Sedikit lucu karena sebenarnya saya nggak berdiri untuk apapun disini, namun rasa kuatir itu nggak bisa hilang.

"Obatnya cuma satu"
Waktu kamu kerja sama banyak orang, waktu kamu kuatir akan pekerjaanmu itu, kamu cuma bisa melakukan satu hal. Obat manjur paling ampuh yang menyintas semuanya. Percaya sama sekitarmu. Sudah berapa kali saya mengucap ini, sudah berapa kali saya bilang kalau percaya itu susah, ndak gampang. Namun ya, selalu ada hadiah buat orang percaya. Sayapun berusaha untuk percaya, bahwa semuanya telah diurus dengan baik dan akan baik-baik saja. Semoga showcase jogja ini berkesan buat mereka.

Semoga

Selasa, 16 April 2013

Senin, Dosen, Darth Vader.

Banyak banget ungkapan kece yang menjelek-jelekan hari Senin dewasa ini. Mulai dari I Hate Monday, atau lain-lainnya. Filosofi dasarnya jelas datang karena hari Senin adalah hari pertama orang-orang kembali ke tengah aktivitas rutin mereka, setelah beristirahat di hari Minggu, santai-santai kayak di Pantai, dan sebagainya. 

Saya sendiri kurang ngeh dengan diskriminasi terhadap hari Senin ini, karena buat saya semua hari sama to ya to? tetap harus hidup, dan beraktivitas, yang membedakan cuma apa aktivitasnya, tapi sesungguhnya Senin juga sip kok ya(terutama karena jadwal semester pertama saya kemarin sangat selo di hari Senin hehe)

Tapi senin kemarin di jam kuliah terakhir entah kenapa saya merasakan kombinasi antara lelah, letih, bosan, dan ngantuk di Ruang Kuliah. Sesungguhnya hal itu  juga dialami teman-teman sekitar saya, tekluk-tekluk ngantuk mendengarkan sang Dosen memberikan kuliah.

Kalau boleh saya bercerita sedikit tentang beliau, beliau ini sebenarnya seorang Dosen yang menurut pandangan saya pribadi cukup senior (secara usia), akan tetapi tidak cukup menyenangkan bagi sebagian dari kami untuk menikmati kuliahnya. Mulai dari slide yang bikin jereng mata, nada bicara yang terlalu sulit digapai, atau alasan-alasan lainnya. Alasan lho ya, bukan fakta. Situasi itu membuat beberapa mahasiswa melewatkan mata kuliahnya, "dosennya membonsankan" atau "materi kuliahnya ga menarik", and so on, and so on.

Situasinya jadi cukup berbeda buat saya Senin kemarin, dengan segala lemas dan kawan-kawannya hinggap di tubuh saya, sang dosen mengumumkan hasil ujian kami pada Ujian Tengah Semester yang lalu. Ketika hasilnya dibacakan? Saya lega, karena nilai saya cukup, tapi saya kaget setengah mati ketika melihat list nilai di kertas yang beliau bawa. Sungguh ada banyak kombinasi angka-angka disana, mulai dari kepala 9 hingga kepala 3, dan jumlahnya merata. Well, mungkin situasi itu biasa di dbangku kuliah, saya nggak tahu, namun yang pasti hal tersebut cukup membuat saya kaget setengah mati.

Sepanjang kuliah saya memikirkan nilai saya, yang sekali lagi, gak jelek-jelek amat, walau gak bagus-bagus banget juga. Dekat dengan batas maksimal, dekat dengan batas minimal. Pas, kayak coffeemix. Sejujurnya semalam sebelum ujian mata kuliah ini, saya belajar sambil menghardik si dosen dalam hati. Belajar sungguh-sungguh, sambil menghardik sungguh-sungguh. Bagaimana materinya yang jauh dari menarik, dan mata saya yang panas karena slide nya banyak banget kayak semut. Belum lagi ke alpaan catatan pada setiap pertemuan di kelas, karena hanya cerita-cerita-cerita, tanpa ada poin yang spesifik di tunjuk, and so on, and so on.

Dalam perenungan Hari Senin itu tiba-tiba saya nyadar, ada banyak banget keluhan yang saya sampaikan malam itu tentang si dosen, dan hal ini mengingatkan sama kelakuan saya sendiri saat menjelang akhir Sekolah Dasar, saya ingat betul ketika itu saya mencari justifikasi atas nilai ngepas saya, menyalahkan kiri, kanan, muka, belakang, bahkan kalau perlu meja sekolah juga di salahkan. tapi saat itu isu nya sama sih, menyalahkan sang pengajar, akrena kealpaannya dalam memberi materi. Saya ingat betul ketika saya mengeluh macam itu Kakak Perempuan saya berujar "Kamu nggak bisa milih Guru-mu, apa yang ada, suka nggak suka, ya harus kamu hadapi, toh teman-temanmu bisa."

Ya, lucu aja sudah sebongsor kita masak iya masih mau menyalahkan pengajar, sengantuk apapun, semua kan terjadi buat alasan yang pasti. Nggak mungkin juga ada orang yang bisa dapet nilai lebih baik dengan pengajar yang sama, tapi kita nggak bisa. Kerja keras dan usaha lagi-lagi ambil bagian. Saya ingat betul pasca Kakak saya melontarkan kalimat itu ketika saya masih SD, saya juga akhirnya bisa mengatasi apapun jenis Guru, hingga SMA.

Hasil ujian yang pas kayak coffeemix juga jadi jawaban, betapa mungkin kok dapet nilai lumayan kalau mau belajar. Coba belajar lebih keras lagi, bisa dapet yang lebih dari cofffeemix to ya to?
Mau Darth Vader juga yang jadi dosen pada akhirnya kita juga bisa kan, karena nggak ada yang nggak mungkin kecuali makan kepala sendiri.

Rabu, 03 April 2013

sudah pulang, terus lihat ke belakang

Seperti yang sudah-sudah di uraikan di blog saya sebelumya, saya sudah sampai Hong Kong. Cerita saya di Hong Kong mungkin ada banyak, mulai dari lost in translation, sampai di kejar orang Arab di Hong Kong, ada beragam, walau ga semuanya tercakup dalam perjalanan kemarin, ga di tulis secara langsung seperti biasanya.

Melihat perjalanan ke hong kong kemarin, rasanya sedikit unik deh buat saya, bagaimana saya bisa sampai kesana, tanpa di duga, tanpa di sangka. Sebenernya perjalanan saya ke luar negeri 2-3 tahun belakangan terasa sedikit aneh, karena serba kebetulan, serba asal ambil, asal berangkat, dan yah, berangkat betul. Singapura 2011,2012, Kuala Lumpur tahun yang sama, 2013 Hong kong. Semuanya gak pernah benar-benar saya mimpikan, tapi tawaran itu datang dengan sendirinya.

Bersyukur jelas, tapi rasanya masih aneh aja, dalam tempo sesingkat ini saya punya travelling trip yang cukup berwarna, nggak banyak mungkin, tapi buat saya menjelajah asia berwarna sekali. Sebenernya lagi, saat ada yang tanya kenapa saya terobsesi sama pergi jauh ke banyak kota, jawabannya simpel, karena Hardcase guitar milik seorang artis indiepop. Hardcasenya buluk, ada identitas nama dan band nya, namun ada banyak stiker security check bandara yang menempel di dalamnya, dan itu sebenarnya cukup menyenangkan, bisa kemana-mana dibayarin, main gitar, terus balik.

Tapi membuat band terus mulai menyanyi, kayaknya bukan pilihan buat saya, karena saya nggak bisa nyanyi, dan nggak bisa main guitar, deadlock sudah kalau mau jalan2 merintis dari jalur musik. Jadi saya memilih jadi traveller kelas teri, traveller santai yang dibawa air asia kemana-mana, tergantung promo, dan kemudahan akses ke suatu negara asing. Makanya tujuan saya sangat terbatas di seputaran Asean, karena mudah Visa nya, mudah penerbangannya, mudah semuanya. Sejujurnya model perjalanan seperti ini baru terjadi dua kali, yang pertama ketika berangkat ke Singapura 2012 dan Malaysia bersama 2 orang teman saya, Yogi dan Rivan, yang lain lagi baru akan terjadi 2013 esok. Perjalanan yang di picu promo tiket murah, kemudahan akses, dan Air Asia.

Melihat record perjalanan saya, saya rasa Vietnam sudah akan menjadi tujuan paling okesip yahoo! paling jauh, paling mahal, dan paling mungkin. Hongkong? mimpipun saya nggak berani buat saat ini. Itu negara yang unknown sekali buat saya. Tapi maret ini karena pekerjaan tiba2 saja saya berdiri di Victoria Harbour, Seminggu saya berdiri melihat Avenue of the stars dari atas perahu, atau showcase lampu2 gedung Hong Kong yang berbinar, sampai gelap malam terasa seperti senja, saking terangnya lampu2 gedung ini. Ya, siapa sangka.
Lagi, Bersyukur? Jelas, gak semua orang bisa mendapat kesempatan perjalanan macam ini, buat saya, ini sudah sangat sangat mengejutkan.

Kadang saya suka merasa geli kalau mendengrkan record band kesukaan saya, white shoes & the couples company yang bermain live diatas atap gedung Le Bishop Hotel Hong Kong. Video itu, suara itu rasanya terlalu jauh di bagian timur asia, tapi siapa sangka minggu lalu saya bisa berdiri di tempat yang sama. Merasakan dinginnya angin peralihan musim(yang langka karena Indonesia cuma 2 musim dalam setahun) dan melihat sisi spektakuler dari hong kong, pembangunan yang menantang keadaan alam nya.


Kata Bambang Pamungkas jangan pernah takut buat bermimpi, kata siapa itu, letakkan mimpi 5 cm di depan kepala, kata saya, mau mimpi apa enggak mimpi, kadang di kenyataan kamu dapet hal-hal yang baik, tinggal gimana kamu mensukuri nya kan ya kan?

Jogjakarta, April 2013