Ujian Nsional, barangkali buat banyak pelajar ini adalah suatu momok yang menghantui, terutama buat siswa SMA, dan terutama buat siswa kelas 3. Waktu saya SMA dan waktu saya kelas 3, memang UN itu kayak beruang grizzles yang gigi-nya tajam-tajam. Menyeramkan, asing, dan mengintimidasi.
Tapi takut akan UN itu nggak pernah menyelesaikan masalah saya, saya masih berkutat di zona degradasi antara tuntas atau enggak, matematika saja kadang masih mejen, atau saya masih kesulitan membedakan hukum-hukum dalam pelajaran fisika, singkatnya, kuatir atau mengkuatirkan suatu hal terlalu dalam nggak pernah membantu kamu keluar dari situasi itu.
belajar reflektif ya ini,
UN itu apa buat saya?
UN ya kewajiban, kayak kamu punya kewajiban cinta keluargamu, itu sesuatu yang harus, dan kamu nggak bisa milih mau lahir di keluarga yang apa. Kesamaan antara saya, anaknya Sam Walton, atau pengamen di jalan yaitu sama-sama gak bisa milih mau lahir dimana. Saya juga kebetulan sekolah di Indonesia, dengan aneka sistem pendidikannya yang dinamis, tiap tahun ganti terus kebiakannya, beberapa orang bilang kebijakan disini malah cenderung aneh dan wagu. tapi balik lagi kan, kita nggak bisa milih, UN ada apa enggak, itu bukan kewenangan kita
Mengutip dari tulisan seorang teman, UN itu analoginya lubang arum yang harus dilewati, salah satu lubang jarum dari sekian banyak lubang jarum yang masih ada di depan. Kalau melewati lubang kecil aja kita udah nyerah, apakabar besok kalau gede? Hehehehe.
Iya, UN gampang-gampang susah, tapi seperti semangat pelindung SMA saya, gak ada yang terlalu sulit buat dipelajari, selama kita punya ketabahan buat menempelkan bokong di kursi belaar.
selamat ujian nasional
pasti, bisa semua
h-15
theodore
Tidak ada komentar:
Posting Komentar